Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hasil Survei Capres, Dipercayai Pendukung Kala Hasilnya Tinggi, Ditolak Saat Rendah

11 Desember 2023   12:19 Diperbarui: 11 Desember 2023   13:53 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, angka-angka elektabilitas paslon di atas masih sangat mungkin berubah, lantaran hasil jajak pendapat Litbang Kompas menemukan kondisi di mana jumlah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan capres, cukup besar yakni 28,7 persen.

Fenomena yang saya maksud di paragraf awal tadi, bukan tentang latar belakang dari pergerakan teknis atau analisa mendalam hasil rilis lembaga survei bersangkutan, tetapi menyoroti reaksi dari para pendukung Paslon menyikapi hasil jajak pendapat lembaga survei yang saya anggap cukup menarik.

Lewat pengamatan di media sosial, saya menemukan kecenderungan para pendukung paslon capres menolak untuk memercayai hasil survei dari lembaga yang sudah dianggap kredibel sekalipun, jika paslon yang didukungnya, hasil surveinya menunjukan angka lebih rendah dibandingkan paslon lainnya.

Dan alasan yang mereka kemukakan pun terkesan tidak jelas, lebih mendekati teori konspirasi yang nyaris tak akan bisa dibuktikan.

Padahal pada saat lembaga survei yang sama melakukan survei sebelumnya, dan hasilnya jagoan mereka yang meraih posisi tertinggi, pendukung yang sama memercayai bahkan mengelu-elukannya hasil survei tersebut.

Dan mereka pun seolah lupa,saat pertama ketiga capres itu diusung koalisi parpol sebagai bakal capres, salah satu acuan utamanya adalah tingkat keterpilihan atau elektabilitas mereka yang diukur melalui survei yang dilakukan lembaga survei yang sama.

Kita tentunya masih ingat berbagai hasil jajak pendapat lembaga survei pada akhir 2022 atau pada bulan Mei, Juni, Juli 2023 menunjukan elektabilitas Ganjar paling moncer, para pendukungnya asyik-asyik saja mereka percaya betul survei itu bisa dijadikan acuan dan yakin betul dengan kredibilitas lembaga polsternya.

Tapi, ketika hasil survei jagoannya terjun bebas, ramai-ramai mereka meluncurkan narasi denial dengan framing macam-macam diantaranya dengan sebutan survei bayaran dan lain sebagainya.

Kalau mau berpikir logis, sebenarnya hasil survei ini bisa dijadikan sebagai evaluasi diri, mengapa kok elektabilitasnya terus merosot, apa yang salah dari cara berkampanyenya atau menganalisa kekurangan narasi yang disampaikan ke khalayak calon pemilih.

Hasil survei politik itu sejatinya mengutip pernyataan Prof. Burhan Muhtadi adalah hanya cuplikan sesaat saat survei itu dilakukan, bukan sesuatu yang pasti akan terjadi saat pemilu diselenggarakan.

Oleh sebab itu hasil survei itu bisa terus berubah tergantung situasi yang memengaruhinya, jadi kenapa harus terus denial  hasil survei yang ada, sikapi dengan propered agar mampu bounce back.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun