Kedua, dari sisi permintaan atau Demand Pull Inflation. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh tekanan dari sisi permintaan atau meningkatnya permintaan atau meningkatnya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersedian.
Dalam konteks teori makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total atau Agregate demand lebih besar dari kapasitas perekonomian, hal tersebut dapat mendorong kenaikan harga.
Sederhananya, permintaan yang besar tanpa diiringi supplai yang cukup karena berbagai hal dapat menaikan harga sebuah produk.
Dan ketiga, ekspektasi inflasi yang merupakan faktor yang dipengaruhi oleh persepsi dan harapan masyarakat serta pelaku ekonomi terhadap tingkat inflasi di masa depan.
Agar inflasi terkendali, wajib hukumnya penyebab-penyebab tadi ditangani dengan baik dan benar lewat bauran kebijakan oleh tim ekonomi Pemerintah, dalam hal ini  Bank Indonesia sebagai pengampu di bidang moneter dan Kementerian Keuangan yang mengurus fiskal dengan dibantu kementerian teknis yang meluruskan lika liku di sektor industri dan perdagangan.
Harus diakui untuk penanganan inflasi, periode Jokowi ini merupakan yang paling baik sepanjang sejarah Indonesia, selama sembilan tahun menjabat sebagai Presiden, rata-rata inflasi dari tahun 2015-2022 hanya sebesar 3,11 persen, jauh lebih rendah dibanding historisnya di angka 8 persen.
Bahkan dalam situasi ekonomi dunia yang gonjang-ganjing sekalipun, di mana negara lain tingkat inflasinya meroket tak karuan termasuk negara-negara kekuatan ekonomi dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Inggris, inflasi di Indonesia masih sangat terkendali.
Mungkin karena itulah, tingkat approval rating Jokowi masih tinggi hingga saat ini. Meskipun demikian, alangkah lebih baiknya jika pengendalian inflasi yang sudah baik tersebut bisa lebih dirasakan oleh seluruh masyarakat , sehingga tak seperti saat ini, uang seratus seperti kehilangan tenaganya.
Jangan sampai ke depannya, "pinjam dulu seratus" tak cukup lagi. Â Masa harus "pinjam dulu dua ratus" mana lah di kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H