Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Peristiwa dr. Qory, Sekali Lakukan KDRT, Segera Tinggalkan Pasanganmu

18 November 2023   11:50 Diperbarui: 19 November 2023   20:33 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia media sosial beberapa hari belakangan diramaikan hilangnya seorang dokter wanita bernama Qory Ulfiyah atau dikenal dengan Dr.Qory.

Saat ini, memang keberadaan Dr. Qory sudah diketahui,mengutip Kompas.Com,  kini disebutkan ia berada di bawah perlindungan pihak berwenang, Kepolisian dan Dinas Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan anak (P2TP2A) 

Dan ternyata selama beberapa hari hilang  pasca diumbar ke publik lewat akun media sosial milik Dr.Qory, @Qory20 yang digunakan oleh suaminya, Willy Sulistio pada Sabtu (13/11/2023), akhir pekan lalu, Qory berada di rumah aman Dinas P2TP2A Kabupaten Bogor.

Saat itu suaminya mencuitkan kalimat ini,

"Twitter X please do your magic, Saya suami dari dr.Qory, istri saya pergi meninggalkan rumah pada 13-11-2023 sekitar jam 9.30 pagi, penyebabnya setelah bertengkar dengan saya pagi itu," tulis akun @Qory20, seperti yang saya kutip dari Suara.com.

Dari sini lah isu hilangnya  Dr.Qory ini viral, respon netizen begitu besar dan dibahas secara luas khas warga net Indonesia ketika menyikapi permasalahan viral seperti ini.

Mereka menggali informasi dengan cepat, disertai dengan berbagai analisisnya. Banyak yang berprasangka buruk, "jangan-jangan Dr.Qory sudah tiada, dibunuh oleh suaminya"

Atau ada juga Netizen yang mengaku kolega sejawat Qory, yang menyatakan suaminya itu sosok yang abusive, kerap mengekori Qory ke tempat kerja dan memarahinya di tempat umum.

Akhirnya terbangunlah opini yang kurang lebih menyatakan bahwa penyebab menghilangnya Qory akibat perlakukan buruk suaminya terhadap Qory di kehidupan kesehariannya.

Dengan kata lain, saat itu warganet berasumsi bahwa Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) baik secara fisik maupun verbal menjadi penyebab menghilangnya Qory.

Dan ternyata benar, perempuan berusia 37 tahun ini ditenggarai mengalami situasi kejiwaan depresi akibat KDRT bersifat fisik dan verbal yang diduga dilakukan oleh suaminya, seperti yang diungkapkan pihak Dinas P2TP2A Kabupaten Bogor, setelah mereka melakukan assesment terhadap Qory.

Lebih lanjut, Qory yang kini tengah mengandung 6 bulan tersebut, kemudian melaporkan peristiwa KDRT yang dilakukan oleh suami terhadap dirinya itu ke Polres Kabupaten Bogor.

Melansir Kompas.com, berdasarkan hasil visum et repertum yang digunakan untuk melengkapi aduannya tersebut, Qory mengalami luka memar pada bibir atas sebelah kiri , lengan atas kanan, lengan atas kiri, paha kanan, dan pinggul sebelah kanan.

Atas dasar itu, selain bukti lain berupa pisau dapur yang digunakan suaminya untuk mengancam Qory, Polres Kabupaten Bogor pada Jumat(17/11/2023) menetapkan Willy Sulistio, suami Dr.Qory Ulfiyah sebagai tersangka kasus KDRT dengan tuduhan sesuai Pasal 44 Undang-Undang KDRT dan langsung ditahan.

Sebenarnya kasus-kasus KDRT seperti dialami Qory  di Indonesia kerap  terjadi dan ironisnya dianggap biasa dan ditoleril, baik oleh pelaku, korban, dan orang-orang sekitarnya. 

Mungkin saat saya menulis artikel ini atau anda membaca tulisan ini,sedang ada persitiwa KDRT berlangsung.

Menurut data Mabes Polri, hingga Juli 2023 laporan kasus KDRT mencapai 2.261 kasus. Bentuknya didominasi kekerasan fisik sebanyak 1.848 kasus, dan kekerasan psikis 133 kasus, kekerasan seksual 63 kasus, dan penelantaran sscaea ekonomi 217 kasus.

Angka-angka ini menurut saya sih hanya menunjukan  fenomena puncak gunung es, kasus sebenarnya yang tak terkuantifikasi jauh lebih banyak lagi, ya karena iru tadi, dianggap biasa.

Padahal semestinya KDRT itu dianggap sebagai tindakan yang luar biasa oleh siapapun. 

Lakukan KDRT, Tinggalkan Saja

Sebagian besar KDRT dilakukan oleh Suami terhadap istrinya, atau oleh pria terhadap pasangan perempuannya.

Berdasarkan pengalaman saya yang pernah membantu salah satu teman yang menjadi korban KDRT.

Sebenarnya, untuk memutus siklus KDRT itu relatif mudah, meskipun tekadang karena berkelindannya rasa cinta atau urusan lain seperti memperhitungkan keberadaan anak, situasi yang seharusnya mudah itu jadi sulit.

Mudah, cangkemmu!

Ya mudahlah, begitu sekali melakukan KDRT, ya tinggalkan saja pasangan itu  tanpa ba bi bu. Kenapa begitu, lantaran begitu sudah melakukannya sekali, kemungkinan besar orang itu akan melakukannya lagi, dan lagi, dan lagi, dengan intensistas yang terus meningkat.

Siklusnya itu, melakukan KDRT, minta maaf, kadang sampai nangis-nangis merasa menyesal, kemudian berulang lagi, minta maaf lagi, terus saja seperti itu.

Oleh sebab itu, menurut hemat saya begitu pasanganmu melakukan KDRT, saat itu juga langsung tinggalkan.

Tapi sekali lagi, melakukannya tak mudah, karena biasanya ada pemakluman "akh mungkin dia khilaf" atau " siapa tahu kedepannya beribah"

Apalagi kalau peristiwa KDRT itu terjadi saat sedang cinta-cintanya,  apapun nasihat orang tak akan didengar.

Seperti kata pomeo, ada dua pihak yang sangat sulit dinasihati, orang yang sedang jatuh cinta dan pendukung capres.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun