Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Gadis Kretek, Serial Romansa dengan Bumbu Saus Kretek dan Politik

3 November 2023   14:22 Diperbarui: 3 November 2023   14:24 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan lalu salah satu teman saya merekomendasikan untuk membaca sebuah novel berjudul "Gadis Kretek" yang ditulis oleh Ratih Kumala, seraya mengirimkan softcopy-nya. Sayangnya, saya belum sempat membaca novel tersebut secara utuh. 

Meskipun demikian, saya bisa menangkap bahwa novel yang banyak bercerita tentang sosok Dasiyah atau Jeng Yah itu sangat menarik untuk dinikmati.

Ndilalahnya,kemudian saya mendengar kabar bahwa layanan streaming berbayar Netflix tengah memfilmkan novel tersebut dan akan menayangkannya mulai 2 November 2023 kemarin.

Tentu saja, hal tersebut membuat saya senang dan menjadikan "Gadis Kretek" sebagai salah satu most anticipated Netflix serial tahun ini.

Dan akhirnya penantian itu bisa dituntaskan Kamis (02/11/2023) malam, secara maraton saya menonton 5 episode Gadis Kretek, in a row.

Hanya satu yang saya dapat ucapkan setelah menyaksikan seluruh episode serial Gadis Kretek, ini film yang luar biasa keren. Mengaduk emosi begitu rupa, sehingga tak terasa membuat saya meneteskan air mata.

Serial dengan cast ensemble yang cukup mentereng ini memang digarap secara sangat serius dan tak kaleng-kaleng.

Di film ini ada nama-nama, seperti Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Dasiyah atau Jeng Yah, Ario Bayu sebagai Soeraja muda  keduanya merupakan tokoh sentral dalam serial terbatas ini.

Kemudian ada nama, Putri Marino sebagai Arum Cengkeh, Arya Saloka sebagai Lebas, Sha Ine Febriyanti sebagI Roemaisa, ibunda Jeng Yah, Sheila Dara sebagai Purwanti, Tissa Biani sebagai Roekayah, Ibnu Jamil sebagai Seno adji.

Ada pula nama Winky Wiryawan sebagai Tegar, Dimas Aditya sebagai Karim, hingga artis-artis senior seperti Tuty Kirana, Noengky Kusumastuti, dan Pritt Timothy.

Serial yang di Sutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah ini mengambil setting di era 1960-an, di sebuah kota di Jawa.

Tokoh utama dalam film ini, Jeng Yah digambarkan sebagai sosok yang kukuh dalam mewujudkan keinginannya dan berani menentang tradisi di masa 1960-an.

Ia coba menerabas pagar-pagar patriaki di industri pengolahan tembakau saat itu, di mana perempuan hanya pantas menjadi buruh linting saja.

Selain itu, dalam relasi sosialnya ia dikenal sangat dingin cenderung soliter, tak terlalu terampil dalam bersosialisasi.

Tapi, ketika hatinya sudah tersentuh, dan cintanya sudah dijatuhkan pada seseorang ia akan berjuang mati-matian(dengan caranya) untuk mempertahankannya hingga titik darah penghabisan.

Genre serial ini sebenarnya semacam romantic movie, dalam balutan sejarah, intrik politik, yang diikat dalam bisnis rokok masa itu.

Menjadi menarik karena kita tahu rokok khas Indonesia yang bernama kretek itu memang memiliki sejarah sangat panjang.

Jatuh bangunnya industri rokok di awal-awal perkembangannya tanpa romantic stories sekalipun sudah sangat menarik untuk disimak.

Secara garis besar serial yang diproduseri oleh Shanti Harmayn tersebut menceritakan sebuah romansa dua anak manusia, yang dalam perjalanannya dihiasi oleh berbagai konflik tradisi dan politik sehingga berdampak panjang bagi keseluruhan orang-orang terdekatnya.

Alurnya maju mundur, antara masa 1960an dan masa tahun 2001-an yang dimasa ini diwakili oleh kehadiran tokoh Arum dan Lebas yang diperankan begitu apik oleh Putri Marino dan Arya Saloka.

Saya sengaja tak menuliskan sinopsisnya dalam tulisan ini, agar mereka yang belum menonton penasaran dan tak mengandung spoiler, yang jelas serial ini memang amazing dan seluruh pemerannya bermain sangat bagus

Sebagai tambahan informasi, mengutip Tempo.co, untuk mendalami karakter Dasiyah dalam film ini yang cenderung penyendiri dan mahal senyum, Dian Sastrowardoyo mengurangi kegiatan bersosialisasi selama 6 bulan

"Saya juga berhenti mendengar musik modern dan hanya mendengarkan gamelan dan musik klasik. Di sini saya jadi belajar banget bahwa sebagai aktor we serve the character. Kami harus ikhlas dan pasrah menyerahkan diri ke dalam karakter,” katanya.

Ini serial keren, yang sayang untuk dilewatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun