Ajang "Idol" pemimpin Indonesia yang dibungkus dalam balutan bernama Pemilihan Presiden 2024, sebenarnya merupakan perhelatan demokrasi lima tahunan biasa yang tak perlu dibawa sampai ke hati, pikiran, dan jiwa, kecuali bagi mereka yang terlibat langsung dalam memperebutkan kekuasaan tersebut
Kegaduhan dan intrik-intrik yang saat ini berlangsung, sejatinya hanya berada di tataran elite belaka.
Apabila "keributan" terbatas hanya dikalangan mereka saja, mungkin tak ada yang terlalu dikhawatirkan.
Sayangnya para elite dengan segala sumber daya yang mereka miliki mencoba memamparkan hasrat mereka untuk berkuasa itu dengan cara memanipulasi emosi rakyat melalui aneka jargon dan narasi penuh "hasutan"
Padahal kalau mau jujur, apa sih faedah langsung yang dapat dirasakan oleh rakyat jelata, jika salah satu dari ketiga pasangan calon itu memenangkan Pilpres 2024.
Kehidupan kita ya kita juga yang menentukan, kalau sudah nyaman duduk di singgasana kekuasaan apa mereka akan memerhatikan kita semua.
Janji-janji kampanye lebih banyak ditelikung, padahal mereka sendiri yang berjanji, tapi kemudian mereka juga yang mengingkari. Rakyat lebih banyak diselingkuhi dibandingkan dikhidmati.
Jujur saja deep down in my heart, now, i really don't care siapa yang akan memenangkan pilpres 2024.
Cape rasanya menyaksikan manusia-manusia politik ini saling hujat, demi apa coba?
Katanya semua partai politik dan politisi yang ada didalamnya, memiliki tujuannya yang sama, membawa negeri kita tercinta yang bernama Republik Indonesia ini menjadi negara maju, rakyatnya sejahtera dalam naungan hukum yang berkeadilan, tapi untuk menggapainya menggunakan cara-cara penuh muslihat, saling menjelekan satu sama lain, merasa pilihannya lah yang paling benar, pilihan orang lain busukÂ
Ironisnya cara berpikir mereka itu dijejal-jejalkan ke dalam pikiran rakyat, sehingga rakyarnya lah yang berkelahi, sementara mereka asyik masyuk di menara gading sambil ngopi-ngopi, cekakak cekikik.
Dan parahnya, rakyat ini entah karena apa, kok mau dimanipulasi, ikut berdebat merasa paling Ganjar, merasa paling Prabowo, atau merasa paling Anies.
Percayalah yang akan menikmati langsung gurihnya kursi kekuasaan itu buka kita, rakyat jelata ini, tapi mereka yang ada dilingkaran dalam.
Di jalan aja pake ninu-ninu, rakyat minggir. Duduk harus paling depan, disuguhi berbagai penganan fancy, rakyat dibelakang cuma menonton mereka makan enak.
Oleh sebab itu jangan pernah mau terpancing oleh manipulasi-manipulasi para elite, sehingga kita di bawah berantem tak jelas ujung pangkalnya.
Punya pilihan boleh-boleh saja, tapi ya tak perlu juga hingga menimbulkan sakit hati dan sakit jiwa, biarin saja mereka yang berantem, toh yang akan menikmati kuenya juga mereka bukan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI