Belakangan suhu udara di Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia terasa lebih panas dari angka suhu yang dipekirakan sebelumnya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) suhu panas lebih dari biasanya tadi buntut dari fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) di musim kemarau.
Namun, tak hanya suhu udara saja yang terasa lebih panas, suhu politik di Indonesia pun terasa jauh lebih panas dari biasanya.
Naiknya suhu politik tersebut seiring semakin berlimpahnya energi yang dikeluarkan masing-masing pihak saat mereka berdansa mengikuti irama musik politik yang dikreasi para aktornya yang cenderung tak beraturan.
Apalagi dalam perjalanannya, diimbuhi dengan berbagai drama tak terduga, penuh dinamika nan tricky , saling telikung yang bagi sebagian pihak pergerakan politik tersebut dianggap sebagai sebuah "pengkhianatan" bak sinetron.
Di satu sisi dinamika politik tersebut sangat menarik untuk disimak, tetapi di sisi lain terkadang sangat memuakan.
Karena ukurannya sangat pragmatis, semata-mata berbicara tentang siapa mendapatkan apa.
Mungkin dinamika politik tersebut, volatilitas akan segera mendekati titik ekulibrium setelah masing-masing kontestan politik yang berkoalisi menentukan pasangan calon presiden dan calon wakil presidennya, karena selama setahun terakhir ini, hal tersebutlah yang lebih banyak menjadi bahan perbincangan dan "keributan."
Setelah pasangan capres dan cawapres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang sudah dipastikan akan menjadi kandidat dalam Pilpres 2023.
Tersiar kabar, Koalisi pimpinan PDIP Rabu (18/10/2023) ini akan mengumumkan sosok Cawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo.
Konon katanya, sosok itu tak lain dan tak bukan adalah Prof. Dr. H. Muhammad Mahfud Mahmodi, SH, S.U, M.I.P atau lebih dikenal dengan nama Mahfud MD, Â Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan di Kabinet Indonesia Maju.