Seperti sudah diprediksi sebelumnya, penerbitan dua seri Sukuk Ritel SR019 oleh Pemerintah , direspon meriah luar biasa oleh masyarakat Indonesia pemburu cuan.
Sambutan meriah tersebut dapat dilihat dari jumlah pemesanan instrumen keuangan fixed income berbasis syariah tersebut, hingga Kamis (14/09/2023) Pukul 8.48 hari ini telah dipesan Rp. 18,37 triliun, padahal masa penawaran baru akan ditutup pada 20 September 2022 atau masih tersisa 6 hari lagiÂ
Berdasarkan data dari mitra distribusi, Investree, seri SR019 T3 dengan masa jatuh tempo 3 tahun berimbal hasil 5,95 persen per tahun telah dipesan sebanyak Rp. 12,63 triliun.
Sedangkan SR019 T5 bertenor 5 tahun dengan imbal hasil 6,10 persen per tahun berhasil meraup pesanan sebesar Rp. 5,74 triliun.
Melihat animo tinggi masyarakat seperti ini, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) selaku penerbit dan pengelola Sukuk Negara di Indonesia, menaikan jumlah kuota nasional SR019, dari awalnya Rp.20 triliun menjadi Rp.25 triliun.
Tingginya minat masyarakat tersebut sangat bisa dipahami, karena instrumen investasi seperti SR019 ini terbukti sangat aman, lantaran pembayaran kembali pokok dan imbal hasilnya dijamin oleh dua undang-undang sekaligus, Undang-Undang nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan Undang-Undang tentang APBN.
Tak pernah terdengar ada cerita duka, berinvestasi di instrumen keuangan keluaran negara ini gagal bayar.
Risiko pasarnya pun nyaris tak ada, apalagi diimbuhi imbal hasil yang atraktif, di atas instrumen keuangan sejenis seperti deposito.
Belum lagi jika kita bicara masalah kemudahan transaksinya yang bisa dilakukan via daring, dimana saja, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
Jumlah minimal investasinya pun relatif terjangkau, hanya dengan Rp.1 juta saja, masyarakat Indonesia sudah bisa berinvestasi di SR019.
Cocok banget untuk investor pemula atau mereka yang ingin belajar berinvestasi. Makanya tak heran jika kita berkaca pada penerbitan SBN atau SBSN ritel sebelumnya profil investornya di dominasi oleh generasi muda, milenial dan Gen z, yang sebagian di antaranya baru mulai berinvestasi.