Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Risiko, Ketika Literasi Keuangan Lebih Rendah dibandingkan Inklusi Keuangan

21 Agustus 2023   13:56 Diperbarui: 26 Agustus 2023   20:48 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi milenial menabung, ilustrasi Literasi Keuangan. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com) 

Nah, untuk itulah kita harus terlebih dahulu memahaminya melalui literasi keuangan, jika tidak, alih-alih digunakan untuk sesuatu yang manfaat, pisau tadi bisa digunakan untuk sesuatu yang negatif seperti  membunuh orang atau melukai diri sendiri.

Sayangnya, kondisi ideal terkait literasi dan inklusi keuangan  di Indonesia saat ini belum terpenuhi. 

OJK.go.id
OJK.go.id
Menurut hasil Survei Nasioal Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional (SNLIK) terbaru, yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat indonesia  sebesar 49,68 persen, naik dari SNLIK sebelumnya yang dilaksanakan 2019 yang hasilnya hanya 38,03 persen.

Sedangkan inklusi keuangan masyarakat Indonesia dalam survei yang sama menunjukan tingkat yang jauh lebih tinggi di angka 85,10 naik 5,91 persen dibandingkan tahun 2019.

Hal tersebut menunjukan ada gap yang sangat besar antara tingkat literasi keuangan dengan inklusi keuangan di tengah masayarakat indonesia, yang angkanya mencapai 33,42 persen.

Meskipun, jika dibandingkan dengan gap atau kesenjangan SNLIK 2019 yang sebesar 38.16, angka gap saat ini sudah menunjukan penyempitan.Tetapi masih saja terbilang terlalu tinggi kesenjangannya.

Kondisi ini diakui OJK, seperti diungkapkan oleh anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi.

"Secara umum di Indonesia inklusi itu lebih tinggi dibandingkan literasi, artinya lebih banyak orang yang gunakan produk keuangan daripada memahaminya." ujarnya, dalam sebuah kesempatan wawancara, beberapa waktu lalu.

Berarti hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko menggunakan produk jasa keuangan.

Kondisi ini menurutnya memang tidak ideal, mengingat gap yang masih tinggi ini berpotensi menimbulkan berbagai banyak masalah dan risiko, diantaranya kesalahpahaman antara Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) dan konsumen.

Selain itu, kesenjangan antara tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat yang masih tinggi dapat menyebabkan masyarakat berisiko membuat keputusan keuangan yang salah dan masyarakat dikhawatirkan menggunakan produk jasa keuangan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan tujuan finasialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun