Polusi udara di Jakarta yang terus memburuk dua pekan belakangan ramai menjadi bahan perbincangan publik.
Polusi udara yang terjadi di Jakarta memang sudah jauh di atas ambang batas kesehatan sesuai standar Badan Keseharan Dunia (WHO), bahkan hingga 40 kali lipat.
Secara kasat mata, masyarakat  sebenarnya bisa dengan mudah menyaksikan, betapa kotornya udara Jakarta, hanya dengan melihat ke langit.
Meskipun udara cerah, langit di Jakarta tak akan terlihat biru tapi abu-abu, terkadang di jam sibuk pandangan kita menjadi terbatas karena pekatnya zat polutan yang berada di udara Ibukota Negara kita Tercinta ini.
Lucunya, masyarakat Jakarta sambil mengendarai mobil pribadi dan kendaraan roda dua sibuk memaki-maki Pemerintah melalui akun medsosnya, karena mereka menganggap Negara tak becus menangani persoalan polusi udara ini.
Mereka, entah tak sadar atau pura-pura tak menyadari, dengan mengendarai mobil atau motor pribadi, alih-alih menggunakan angkutan umum, dirinya lah salah satu penyumbang  gas rumah kaca penyebab kondisi udara di Jakarta terus memburuk .
Faktanya, mengutip keterangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dilansir berbagai media, sektor transportasi terutama penggunaan kendaraan pribadi, roda dua maupun mobil merupakan penyumbang terbesar polusi udara di Jakarta dengan angka 44 persen, menyusul kemudian industri 31 persen, perumahan 14 persen.
Meskipun pihak lain seperti LSM lingkungan Greenpeace menyebut pembakaran batu bara di beberapa PLTU yang berada di sekitar wilayah Jakarta menjadi salah satu penyebab utama lain buruknya kualitas udara di Jakarta.
Namun tetap saja, sektor transportasi terutama penggunaan kendaraan pribadi menjadi salah satu polutan utama udara di Jakarta.
Menurut Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, penyumbang terbesar gas polutan di Jakarta adalah motor alias kendaraan roda dua, yang menyumbang 45 persen polusi udara di Jakarta.
Menyusul kemudian, truk 20 persen, Â mobil berbahan bakar bensin 16 persen, dan bus berbahan bakat diesel 13 persen.
Mengapa sepeda motor, karena menurut data dari Korlantas Mabes Polri, dari jumlah total kendaraan di Jakarta pada tahun 2022  sebanyak 24,5 juta kendaraan bermotor, 19,2 juta diantaranya adalah  sepeda motor.
Jadi populasi sepeda motor di Jakarta, hampir dua kali lipat manusia yang menghuni Kota Metropolitan terbesar di Indonesia ini.
Dengan kondisi tersebur, tak heran jika Jakarta secara teratur memiliki tingkat polusi PM 2,5 yang berarti sangat tidak sehat. Polusi udara di Jakarta diyakini oleh berbagai ahli kesehatan dapat menyebabkan masalah pernapasan.
Nah, agar tingkat polusi itu bisa turun, mulai lah dengan tiindakan nyata dari diri sendiri, gunakan angkutan umum ketika beraktivitas sehari-hari, bukan sibuk mengkritik dan memaki.
Apapun yang Pemerintah lakukan bakalan percuma, andai masyarakatnya tetap bebal terus menggunakan kendaraan pribadi.
Sadar diri aja sih, kalau memang menginginkan kualitas udara Jakarta membaik, ya gunakanlah angkutan umum.
Jika tetap keukeuh mengendarai kendaraan pribadi dengan berbagai alasan, ya nikmati saja kualitas buruk udara Jakarta, tak perlu berbusa-busa berteori seperti ahli lingkungan.
Kalau mau kualitas udara di Jakarta membaik, mulailah dari diri sendiri, salah satunya dengan tak menggunakan kendaraan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H