Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Golkar dan PAN, Gabung Koalisi Prabowo, Apa Kabar PDIP dan Ganjar?

13 Agustus 2023   14:46 Diperbarui: 13 Agustus 2023   19:29 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hajat besar demokrasi Indonesia 5 tahunan, terutama yang berkaitan dengan pembentukan koalisi, apa mendukung siapa mulai mencapai titik simpulnya. 

Hari ini, Minggu 13 Agustus 2023 dua partai politik cukup besar yang sudah memiliki wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR-RI), Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN). resmi melabuhkan dukungannya kepada bakal calon presiden (Bacapres) dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Momen deklarasi kedua partai tersebut menyatakan dukungannya kepada Prabowo dilangsungkan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng Jakarta.

Kedua Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan Ketum PAN, langsung menyampaikan dukungan itu.

Airlangga beralasan, Golkar mendukung Prabowo lantaran, mantan perwira tinggi TNI berpangkat Jenderal Bintang Tiga tersebut sejatinya lahir dari rahim  partai berlambang beringin tersebut.

"Oleh karena itu, beliau mengikuti kegiatan di partai Golkar dan kekaryaannya tidak diragukan lagi. Ini egaliter, searah, sejalan dan setujuan dengan partai golkar," kata Airlangga. Seperti dilansir CNBCIndonesia.com. Minggu (13/08/2023).

Sementara, dalam kesempatan yang sama Ketum PAN, Zulkifli Hasan mengatakan bahwa keputusan mereka mendukung Prabowo lewat  pembahasan di internal PAN yang dilakukan secara holistik dan matang.

"Kenapa PAN mengambil keputusan itu saudara-saudara, kami sudah 10 tahun, bareng-bareng dengan Pak Prabowo. Kalau tinggal sedikit kenapa tidak sabar. Kami meyakini perjuangan 10 tahun itu akan tuntas, karena hari ini kita sudah bersama-sama," kata Zulkifli.

Tentu saja dukungan dari dua partai besar parlemen tersebut disambut dengan suka cita oleh Koalisi Prabowo yang sudah existing, Gerindra dan PKB.

Sambil bergurau Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa dengan bergabung bersama Prabowo, insyaallah selamat dunia akhirat.

Respon Prabowo sendiri setelah momen itu, cukup elegan ia hanya menyatakan bahwa dirinya terharu dan berniat untuk tak mengecewakan dukungan itu.

"Saya merasa sangat terharu, sangat dibesarkan hati saya dengan kepercayaan yang begitu besar dari partai-partai yang besar dan partai-partai yang bersejarah ini," kata Prabowo, seperti dilansir Detik.com.

Dengan bergabungnya kedua partai itu ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), maka saat ini ada 4 partai parlemen yang resmi bergabung Partai Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN. Dan ada 1 partai non parlemen yakni Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra.

Apabila dilihat dari perolehan persentase suara di Pemilu 2019, KKIR kini menjadi koalisi terbesar dengan persentase suara 41, 41 persen, disusul oleh Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS yang mengusung Anies Baswedan sebagai bacapres,  persentase suaranya mencapai 25,03 persen.

Sedangkan koalisi yang digawangi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Ganjar Pranowo bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) persentase suaranya, hanya 23,45 persen.

Dengan demikian, saat ini seluruh partai parlemen sudah menentukan koalisi masing-masing.

Namun begitu, bukan berarti persoalan terutama untuk urusan penetapan  bakal calon wakil presiden (bacawapres) di internal KKIR selesai atau lebih mudah dibereskan, justru sebaliknya akan semakin runit.

Karena tentu saja Golkar berharap, Ketum mereka Airlangga Hartarto yang akan duduk menjadi calon RI-2 nya Prabowo, begitu pun PAN  yang pasti mengasongkan Erick Thohir jagoan mereka untuk mengisi jabatan bacapres.

Jangan tanya PKB, Gus Imin sang Ketum terlihat begitu ambisius untuk menduduki jabatan itu, bahkan beberapa fungsionarisnya mengancam, apabila Gus Imin tak dicalonkan sebaga bacawapres bukan tidak mungkin PKB akan menarik diri dari KKIR.

Kondisi yang akan membuat posisi Prabowo sebagai bacapres terancam tak bisa maju, karena jika solo karir, Gerindra, mengacu pada presidential threshold 20 persen tak bisa membawa Prabowo menjadi capres.

Bagi Prabowo dan Gerindra, masuknya Golkar dan PAN, akan membawa mereka pada situasi yang jauh lebih nyaman, bargaining position mereka menjadi lebih baik.

Mereka akan leluasa menentukan pendampingnya, meskipun tak akan mudah juga. Kalkulasi matang untuk menjadikan salah satu yang disodorkan ketiga partai sekondannya tersebut menjadi bacawapres akan sangat krusial.

Salah-salah akan membuat ikatan koalisi yang sudah terjalin bisa bubar ditengah jalan seperti Koalisi Indonesia Baru.

Di sisi lain, bagi PDIP dan bacapresnya Ganjara Pranowo sendiri bergabungnya Golkar dan PAN  ke Prabowo akan membuat mereka sedikit "kesepian"

Saat ini sekondan PDIP dalam mengusung Ganjar hanya 1 partai parlemen paling mini, PPP, dan dua partai non-parlemen Partai Hanura dan Partai Perindo.

Meskipun begitu bukan berarti PDIP Cs  harus jeri, terhadap KKIR dengan koalisi yang sizenya lebih besar itu, karena tak ada jaminan juga KKIR dan Prabowo pasti menang Pilpres 2024.

Khusus bagi PDIP, mungkin ada pelajaran yang bisa dipetik dari situasi terkini, jangan terlalu jumawa, itu saja.

Mengurus negara sebesar Indonesia ini, tak bisa sendirian, harus ada kerendahan hati untuk merangkul siapa pun yang kecil apalagi yang besar.

Tak bisa juga berkoar-koar mengeluarkan statement bahwa siapapun capres yang mereka usung adalah "petugas partai"

Walaupun secara diksi tak ada yang salah, karena ditugaskan oleh partai maka capres tersebut adalah petugas partai.

Tapi konotasinya menjadi negatif apabila dimaknai secara umum, masyarakat atau paling tidak saya bisa berpendapat, Ganjar Pranowo kelak bila dijodohkan menjadi Presiden ke-8 akan lebih berpihak kepada partainya, dibandingkan memperjuangkan kepentingan rakyat.

Saya sih menenggarai ada persoalan komunikasi di PDIP yang harus diperbaiki, antar partai politik maupun kepada masyarakat pemilih.

Oleh sebab itu secara pribadi, meskipun secara gaya dan personal saya merasa lebih cocok memilih Ganjar, tapi lantaran dibelakangnya ada PDIP dengan segala gayanya itu, saya harus mengkalkulasi ulang pilihan saya di Pilpres 2024, meskipun belum pasti juga memilih Prabowo.

Namun yang pasti tak akan memilih bacapees yang diusung oleh Koalisi Perubahan, Anies Baswedan. 

Kembali, ke masalah PDIP, di sisi lain dengan bergabungnya Golkar dan PAN ke Prabowo, menjadikan urusan internal di Koalisi PDIP terutama untuk bacawapres lebih sederhana, pilihannya hanya tinggal satu, yakni Sandiaga Uno yang disodorkan oleh PPP.

Kecuali, ada kondisi di mana PKB lantaran Gus Imin tak jadi bacawapresnya Prabowo di KKIR, ia loncat pagar dan bergabung ke Koalisi PDIP.

Namanya juga politik segala kemungkinan masih sangat terbuka untuk terjadi, hingga last minute.

Situasinya meski sudah berkoalisi, tapi tetap saja masih cair, meski sedikit lebih kental dibandingkan sebelumnya.

So...mari kita tunggu lanjutan kisahnya di episode-episode hajatan demokrasi 2024 ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun