Selain itu menurut pengakuan mertua saya, sebagian badannya terutama punggung, terasa gatal. Meskipun katanya tak jelas juga rasa gatal itu datangnya dari mana dan letaknya seperti di bawah kulit.
Proses hemodialisis itu dirasakan oleh mertua saya sangat "menyiksa" apalagi ada protokol tertentu yang  harus dipenuhi agar cuci darah bisa dilakukan, misalnya standar kadar hemoglobin yang ada dalam tubuh pasien.
Long story short, lantaran beliau sudah mengeluh dan merasa tak kuat lagi menjalani prosedur hemodialisis, kami sekeluarga berdiskusi bagaimana caranya agar cuci darah tak lagi dilakukan tapi mertua saya bisa sehat kembali.
Satu-satunya cara untuk mengatasinya ya, transplantasi ginjal.Â
Dan saya ditugasi untuk mencari tahu know how-nya transplantasi ginjal dan bagaimana prosedurnya, serta di rumah sakit mana tindakan medis itu bisa dilakukan.
Dari berbagai informasi yang saya kumpulkan, transplantasi ginjal terhadap beliau bisa dilakukan di RSCM Kencana mengenai prosedur dan biaya yang harus dikeluarkan nantinya akan ditanyakan langsung saat prosedur tahap awal dimulai.
Sampai di sini kita semua belum bicara masalah pendonor, ginjal siapa yang akan ditransplantasikan
Sebelum Transplantasi
Langkah pertama yang dilakukan saat itu, untuk melaksanakan prosedur transplantasi saya bersama mertua dan beberapa keluarga lainnya, menemui Profesor Endang spesialis bedah urologi, ahli cangkok ginjal terbaik di Indonesia yang berpraktik di RSCM Kencana.
Setelah diperiksa secara komprehensif, kondisi ayah mertua saya dinyatakan memungkinkan untuk dilakukan tindakan transplantasi ginjal.
Prof. Endang pun saat itu memaparkan prosedur panjang yang harus dilalui oleh Mertua saya dan calon pendonor sebelum transplantasi bisa dilaksanakan .