Menurut jadwal tentatif yang dirilis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) pada awal tahun 2023, penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 023 akan ditawarkan mulai 28 Juni 2023, tetapi karena tanggal tersebut ditetapkan Pemerintah sebagai cuti bersama Idul Adha 1444 H, masa penawarannya dimundurkan menjadi 30 Juni 2023.
Melansir situs DJPPR, ORI 023 akan diterbitkan dalam dua sub seri dengan masa jatuh tempo atau tenor berbeda, ORI 023 T3 dengan masa jatuh tempo 3 tahun, dan ORI 023.T6 memiliki tenor 6 tahun.
Dengan masa jatuh tempo 6 tahun, sub seri ORI 023 T6 Â menjadi SBN ritel dengan masa jatuh tempo paling panjang dalam sejarah penerbitan obligasi ritel di Indonesia.
ORI ini memang istimewa karena menjadi SBN pertama di Indonesia yang khusus ditawarkan bagi investor perseorangan domestik, pada tahun 2006 silam.Â
Artinya penerbitan ORI 023 pekan depan, telah memasuki tahun ke-17. Jika diibaratkan fase kehidupan manusia, usia 17 tahun itu lagi "manis-manisnya" makanya masa ini kerap disebut sweet seventeen.
Dan memang, SBN ritel yang awal keberadaan dibuka oleh seri ORI ini, kini sedang manis-manisnya, "madunya" banyak diburu oleh para investor.
Setiap penawaran dibuka, animo masyarakat untuk berinvestasi di instrumen keuangan milik negara itu luar biasa tinggi, kuota yang ditetapkan untuk setiap penerbitan SBN atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel oleh Pemerintah hampir pasti terlampaui.
Dari hasil penerbitan 3 seri SBN dan SBSN ritel di tahun 2023, Pemerintah berhasil memobilisasi dana investor dalam negeri sebesar Rp.58,67 triliun, dengan perincian dua sub seri Saving Bond Ritel (SBR) 012 T2 dan SBR 012 T4 yang diterbitkan pada 19 Januari 2023 realisasi penjualannya mencapai Rp.22,18 triliun, lebih dari dua kali lipat dibandingkan kuota yang ditetap Pemerintah sebesar Rp.10 triliun.
Kemudian, sub seri Sukuk Ritel (SR) 018 T3 dan SR 018 T5 yang mulai ditawarkan pada 3 hingga 29 Maret 2023, kuota yang ditetapkan Pemerintah sama sebesar Rp. 10 triliun, realisasinya kedua sub seri tersebut diserap masyarakat sebesar Rp. 21,49 triliun.
Dan terakhir, Sukuk Tabungan (ST) sub seri ST 010 T2 dan ST 010 T4 yang penawarannya baru di tutup 7 Juni 2023 lalu, penjualannya mencapai angka Rp.15 triliun, 50 persen lebih banyak dibandingkan kuota yang ditetapkan Pemerintah.
Secara keseluruhan, untuk tahun 2023 ini, Pemerintah menargetkan perolehan dana antara Rp.130-150 triliun dari penerbitan 7 seri SBN dan SBSN ritel, naik sebesar 21-40 persen dibandingkan realisasi penerbitan SBN dan SBSN ritel tahun 2022 yang sebesar Rp.107 triliun.
Melihat fakta ini, Â asa besar Pemerintah terhadap penerbitan ORI sudah dalam track yang benar, lantaran sedari awal telah meyakini bahwa penerbitan ORI dan seri SBN ritel lain fungsinya sangat strategis bagi perekonomian nasional.
Selain sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan negara via Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ORI juga menjadi alternatif investasi bagi masyarakat, khususnya investor perseorangan domestik.
Penerbitan ORI, juga merupakan salah satu strategi Pemerintah untuk men-generate inklusi keuangan, guna mendukung terwujudnya masyarakat yang berorientasi pada investasi jangka menengah dan panjang.
Dengan demikian, pendalaman pasar akan terus meluas dengan memanfaatkan potensi besarnya jumlah penduduk Indonesia, sehingga cita-cita kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dapat terwujud.
Di sisi lain, sebenarnya masyarakat pun rindu akan instrumen investasi yang aman, berisiko rendah, nyaman dan "murah" meski tetap menawarkan imbal hasil yang menarik.
Appetite masyarakat untuk berinvestasi sangat tinggi, sayangnya tak dibarengi oleh ketersediaan produk investasi dengan kualifikasi seperti itu, dan instrumen investasi ritel produk Pemerintah  menyajikannya.
Oleh sebab itu seiring waktu, melalui sosialisasi masif dan edukasi yang tepat, perlahan tapi pasti ORI, dan seri SBN serta SBSN ritel menjadi primadona dunia investasi di Indonesia paling tidak 2 tahun belakangan ini.
Bagi investor baru dari generasi milenial dan gen Z, berinvestasi di instrumen yang pengelolaan dan penerbitannya dilakukan oleh DJPPR-Kemenkeu ini menjadi sarana untuk "belajar berinvestasi"
Sementara, bagi para investor kawakan SBN dan SBSN ritel menjadi sarana diversifikasi investasi  sekaligus menjadi semacam hedging atau lindung nilai mereka dalam berinvestasi di instrumen keuangan lain yang lebih berisiko seperti saham atau crypto.
Sepanjang 17 tahun, Pemerintah telah menerbitkan ORI sebanyak 22 seri, imbal hasil tertinggi yang pernah ditawarkan sebesar 12,05 persen yakni di seri ORI 001 tahun 2006, sedangkan imbal hasil terendah diberikan pada penerbitan tahun 2021 di seri ORI 020 yakni sebesar 4,95 persen.
Dalam menentukan besaran imbal hasi tersebut, Pemerintah mempertimbangkan sejumlah aspek, diantaranya suku bunga acuan Bank Indonesia yang dikenal dengan BI 7 days repo rate (BI7DRR), suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rata-rata suku bunga deposito bank-bank milik negara.
Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan imbal hasil obligasi acuan pemerintah yang berlaku di pasar untuk tenor yang sama, serta kondisi ekonomi makro domestik maupun global.
Lantas berapa kira-kira imbal hasil yang akan ditawarkan untuk ORI 023 yang segera bakal dirilis tersebut?
Mengacu pada sejumlah sumber informasi yang saya dapatkan, hampir pasti imbal hasil yang akan diberikan Pemerintah untuk dua sub seri ORI 023 akan berada di atas 6 persen per tahun.
Hal ini berpatokan pada suku bunga acuan BI saat ini hingga instrumen investasi ini diterbitkan masih tetap akan ada di level 5,75 persen.
Analisis lain yang menguatkan kemungkinan itu, ialah penerbitan ORI 022 yang terbit tahun 2022 lalu yang menawarkan imbal hasil 5,95 persen di saat suku bunga acuan BI berada di angka 5,5 persen, artinya ada selisih atau spread antar keduanya sebesar 0,4 persen, berdasarkan fakta tersebut serta berkaca pada kondisi terkini maka, dengan asumsi suku bunga acuan BI tetap 5,75 persen di tambah selisih pada penerbitan ORI sebelumnya 0,4 persen, maka diperkirakan imbal hasil yang akan ditawarkan Pemerintah untuk ORI sub seri 023 T3 berada di kisaran 6,05-6,25.
Sedangkan sub seri ORI 023 T6 yang memiliki tenor lebih panjang, akan berada di rentang antara 6,30 -6,45 persen, berkaca pada penerbitan 3 seri SBN ritel sebelumnya, perbedaan imbal hasil yang ditawarkan di kedua tenor tersebut antara 0,15 -0,20 persen.
SBR 012 T2 bertenor 2 tahun imbal hasilnya 6,15 persen, sementara SBR 012 T4 dengan masa jatuh tempo 4 tahun, imbal hasilnya 6,35 persen, SR 018 T3 imbal hasilnya 6,25 persen, SR 018 T5, imbal hasilnya 6,40 persen dan terakhir  ST 010 T2 imbal hasilnya 6,25 persen, ST 010 T4 imbal hasilnya 6,40 persen.
Terlepas dari besaran imbal hasil yang ditawarkan kelak, yang jelas berinvestasi di ORI 023 itu sudah pasti aman karena dijamin dua undang-undang sekaligus, Undang-Undang nomor 24 tahun 2002 tentang SBN dan undang-undang tentang APBN, alhasil siapapun Pemerintahnya, pokok dan imbal hasilnya pasti dibayarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H