Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Imbal Hasil Sukuk Ritel ST 010 yang akan Diterbitkan 12 Mei 2023, Diprediksi di Atas 6 Persen

9 Mei 2023   10:23 Diperbarui: 10 Mei 2023   08:28 4391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara khusus untuk investor perorangan dalam negeri atau biasa disebut Sukuk ritel rencananya kembali akan diterbitkan Pemerintah Cq Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko  Kementerian Keuangan  (DJPPR-Kemenkeu) pada Jumat (12/05/2023) pekan ini.

Kali ini, jenisnya Sukuk Tabungan seri ST 010 dengan dua sub seri yang dibedakan berdasarkan masa jatuh tempo atau tenornya, ST010 T2 bertenor 2 tahun dan ST010 T4 jatuh temponya 4 tahun ke depan.

Lantaran tenornya berbeda, otomatis imbal hasilnya pasti lain, sub seri ST010 T4 imbal hasilnya bakalan lebih tinggi dibandingkan ST010 T2.

Nah, kira-kira berapa yah imbal hasil yang akan ditawarkan Pemerintah untuk instrumen investasi berbasis syariah ini?

Mengutip keterangan Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu, Deny Ridwan,  beberapa waktu lalu, dalam menentukan besaran imbal hasil sebuah instrumen investasi ritel biasanya pihak penerbit dan pengelola memperhitungkan sejumlah faktor, yakni :

Suku bunga acuan yang dirilis oleh Bank Indonesia, dalam hal ini  BI 7 days repo rates (BI7DRR).

Kemudian rata-rata imbal hasil SBN yang memiliki masa jatuh tempo serupa di pasar sekunder akhir-akhir ini.

Faktor lain yang diperhitungkan adalah tingkat suku bunga penjaminan yang ditetapkan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).

Terakhir, suku bunga deposito rata-rata di bank-bank milik negara serta kondisi ekonomi makro dalam negeri dan situasi perekonomian global.

Suku bunga acuan BI7DRR, yang terakhir dirilis Dewan Gubernur BI pada 18 April 2023 lalu adalah sebesar 5,75 persen.

Sepertinya angka  5,75 persen ini lah yang akan dijadikan patokan oleh Pemerintah untuk menentukan imbal hasil yang akan ditawarkan untuk dua sub seri ST 010.

Sementara, tingkat suku bunga penjaminan LPS untuk periode Mei 2023 ini mencapai 4,25 persen. Sedangkan rata-rata tingkat suku bunga dana pihak ketiga di bank-bank umum nasional, mengutip Statistik Perbankan OJK bulan Februari 2023 sebesar 4,84 persen per tahun.

Biasanya rata-rata tingkat suku bunga deposito di bank-bank milik negara, sedkit dibawah rata-rata bank umum nasional.

Kondisi ekonomi makro Indonesia sendiri cukup baik jika berkaca pada hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Senin 8 Mei 2023 kemarin.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 akan tetap kuat, sangat mungkin di atas 5 persen, dikisaran 5,3 persen.

Menurut data BPS, Periode April 2023 ini saja pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,03 persen dengan tingkat inflasi sebesar 4,33 persen.

Atas dasar data-data tersebut itulah tingkat imbal hasil ST 010 bakal ditentukan, rencananya akan dirilis ke publik mulai besok 10 Mei 2023.

Sejumlah analis pasar modal memprediksi, imbal hasil yang ditawarkan akan ada di atas 6 persen, benarkah, liat besok aja yah.

Terlepas dari tingkat imbal hasil yang ditawarkan  satu hal paling penting dalam berinvestasi adalah tingkat keamanannya.

Imbal hasil yang ditawarkan tinggi tapi tingkat keamanan dan risikonya tinggi juga, ya bagi sebagian orang cukup menakutlan.

Berinvestasi kok seperti berhadapan dengan situasi horor, apalagi kondisi perekonomian dunia juga tak sedang baik-baik saja.

Untuk dua sub seri ST 010, seperti halnya seri-seri SBN dan SBSN ritel lainnya dijamin pembayaran pokok dan imbal hasilnya oleh undang-undang.

Karena ST 010 adalah surat berharga negara berbasis syariah maka dijamin oleh Undang-Undang nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN dan Undang-Undang tentang APBN.

Jadi dalam setiap penyusunan  APBN selalu ada pengalokasian anggaran untuk pembayaran imbal hasil dan pokok dari SBN yang masuk masa jatuh tempo.

Dan ingat, sepanjang sejarah penerbitan SBN atau SBSN baik umum maupun ritel tak pernah sekalipun Pemerintah Indonesia gagal bayar atau default.

Risiko investasi  ST 010 pun terbilang sangat rendah kalau tidak boleh disebut bebas risiko, setara dengan deposito di bank.

Menariknya, skema imbal hasil ST 010 ini pun keren dan berpotensi besar menguntungkan investor.

Karena salah satu karakteristik dari ST 010 tersebut tak dapat diperjualbelikan kembali antar investor domestik di pasar sekunder, maka imval hasilnya bersifat mengambang alias bisa berubah-ubah sejalan dengan perubahan suku bunga acuan BI.

Namun dengan konsep imbal hasil floating with the floor atau mengambang dengan batas minimal, maka imbal hasil yang ditawarkan bisa naik tetapi tidak tak akan bisa turun

Karena batas minimalnya, ya saat imbal hasil dari ST010  tersebut ditawarkan pertama kali ke publik.

Jika dalam perjalanannya selama masa jayuh tempo belum tiba,  BI menurunkan suku bunga acuan, imbal hasil ST 010 akan tetap.

Namun jika suku bunga acuan BI naik, maka imbal hasilnya akan ikut naik. Sinkronisasi dan reviewnya  akan dilakukan setiap 3 sekali.

Mengenai masalah ke-syariah-annya, ST 010 sudah dipastikan syariah banget, lantaran dalam pengelolaan imbal hasilnya menggunakan pendekatan Asset to be leased atau dalam bahasa syariah di sebut akad Ijarah alias sewa menyewa.

Jadi begini mekanismenya, dana yang berhasil diraup akan digunakan untuk pembangunan berbagai infrastruktur yang disalurkan melalui APBN.

Hasil dari pembangunan infrastruktur itu disewa oleh pemerintah, uang hasil sewa dari pemerintah ini lah yang nantinya digunakan untuk membayar imbal hasil kepada para investor pemegang ST 010.

Jadi, clear terbebas dari unsur-unsur riba, judi, dan gharar alias ketidak jelasan.

Selain itu, keistimewaan dari ST 010 ini adalah dana hasil penawarannya hanya akan diinvestasikan pada infrastruktur yang berwawasan hijau.

Artinya ST 010 merupakan instrumen investasi hijau yang memiliki dampak lingkungan dan keberlanjutan sosial.

Jika berminat berinvestasi, ingat jangan lewat dari tanggal 7 Juni 2023, karena penawarannya akan ditutup pada tanggal itu.

Siapkan dana minimal Rp 1 juta, agar bisa berinvestasi di instrumen keuangan yang pada penerbitan sebelumnya sempat menjadi rebutan para investor tersebut.

Ya, seri sebelumnya, ST 009 itu sangat laris, saking antusiasnya masyarakat saat itu, sekitar November 2022, untuk mendapatlan ST 009 lebih sulit dibandingkan mendapatkan tiket konser Blackpink.

So, agar tidak ketinggalan berinvestasi i instrumen keuangan ini,  ya siap-siap saja, selain dana apa yang perlu disiapkan, bagi yang baru saja akan berinvestasi,dan belum memiliki "KTPnya" investor atau  dalam dunia investasi biasa disebut Single Investor Identification (SID), pastikan membuat terlebih dahulu.

Untuk pembuatannya bisa kok memghubngi pihak mitra distribusi yang sudah bekerjasama dengan Kemenkeu, di bank-bank BUMN dan Bank Swasta nasional juga bisa.

Sok hubungi aja mereka.. pasti dibantu...

Tanya ke Customer Service-nya " Mau bikin SID buat Sukuk ritel" gitu

Insyaallah bakal dibimbing.. siapkan saja KTP dan NPWP.

So, selamat berinvestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun