Mengenai dampaknya berupa batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia yang merupakan konsekuensi langsung penolakan mereka terhadap kehadiran timnas Israel di Indonesia, tak mereka perhitungkan.
Mungkin mereka beranggapan FIFA akan mau mengalah untuk menolak kehadiran timnas Israel, dan Indonesia tetap menjadi tuan rumah.
Asumsi yang absurd dan sangat tidak berdasar dari para pihak tadi, ingat dalam peta sepakbola dunia, bargaining positition Indonesia itu sangat rendah.
Pengaruh Indonesia dalam ekosistem sepakbola dunia nyaris tak diperhitungkan. Tak perlu nanya prestasi lah, di level regional Asean saja sudah megap-megap, jadi juara pun tidak pernah.
Peringkat FIFA Indonesia pun jeblok saat ini berada diperingkat 149, intinya tak ada alasan bagi FIFA untuk memberikan privillege tertentu.
Membangun narasi bahwa FIFA ambigu dalam memperlakukan anggotanya dengan membandingkan sikap politis mereka terhadap Rusia dan Israel, tak akan mengubah apapun.
Mereka memiliki governance sendiri dalam lingkup olahraga paling populer sejagat ini, yang sudah dikenal sangat powerfull, membuat posisi tawar mereka sangat tinggi.
Bayangkan saja anggotanya saja melebihi jumlah negara anggota Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB)
Tak puas ya silahkan keluar dari FIFA, dan siap-siap saja dikucilkan dari ekosistem sepakbola dunia.
Atau Indonesia berani melakukan itu, dan membentuk FIFA-Perjuangan misalnya, seperti saat Bung Karno membentuk Ganefo?
Terlepas dari itu semua, faktanya saat ini the damage has done bagi persepakbolaan Indonesia. Belum lagi potensi sanksi yang akan dijatuhkan FIFA terhadap Indonesia hasil dari kejadian ini.