Mungkin saya satu dari sedikit orang yang sama sekali tak tertarik apalagi menyukai drama korea (drakor), K-Pop, hingga makanan yang berasal dari negeri Joseon tersebut.
Bukan karena sentimen berunsur SARA, budayanya yang berbeda, bahasa atau apapun , ini hanya masalah selera saja sih sebenarnya. Saya berusaha untuk menyukai hal-hal yang biasa disebut sebagai "Korean Wave" tersebut, tapi "feel-nya" enggak dapat aja, entah kenapa.
Berkali-kali saya menonton film-film yang berasal dari Korea Selatan, dalam pandangan saya sebagai awam di dunia perfilman ya biasa saja, meski ide-ide cerita acap menarik, tapi dalam hal penggarapan teknis ya biasa saja. Karena pada dasarnya kekuatan film Korea ada disisi ceritanya.
Mengenai drakor yang ditayangkan secara berseri, dari ribuan judul, hanya dua yang saya tonton Squid Games dan The World of Married, itu pun disebabkan penasaran saja, merespon gemanya yang begitu kencang terdengar di publik.
Apalagi K-Pop, saya tak pernah secara sengaja memutar lagu K-Pop untuk didengarkan atau ditonton bahkan dari Dewa-Dewi K-Pop semacam BTS dan Blackpinks, sekalipun. Tak ada satu pun lagu K-Pop yang saya tahu dan memang tak mau tahu juga.
Pun demikian dengan makanan Korea, apapun jenisnya saya tak merasa bisa menikmatinya. Saya penyuka dan pemuja makanan tradisional Indonesia, terutama masakan Sunda dan Padang.
Meskipun demikian, bukan berarti saya membenci budaya Korea. Tak bisa dipungkiri, faktanya dalam dua dekade terakhir budaya Korea berhasil menginvasi secara  masif dan meluas nyaris ke setiap pojok di kolong langit ini.
Fakta, yang disebut sebagai fenomena Korean Wave harus diakui sebagai buah dari kerja keras nan sistematis para pelaku industrinya dengan dukungan penuh dari Pemerintah Korea, sehingga mampu menampilkan kemasan apik, yang memadupadankan budaya tradisional kehidupan masyarakat Korea dengan isu-isu global.
Eksosistem dan infrastruktur pengembangan budaya Korea ini dipersiapkan dengan sangat shopisticated dan menyeluruh oleh mereka lewat kerjasama kolaboratif, sehingga akhirnya mampu mengangkat perekonomian Korea.
Untuk pengembangan K-Pop di sisi infrastruktur misalnya, mereka membangun auditorium konser raksasa, membuat teknologi hologram dengan lebih sempurna, di sisi regulasi, menerbitkan berbagai aturan untuk melindungi industri K-pop, salah satunya terkait aturan bar karaoke.
Satu hal lain yang menarik, mereka niat banget melayani para penggemarnya. Indonesia yang merupakan negara berpenduduk nomor 4 terbesar dunia, dikenal memiliki fanbase "Korean wave" yang besar, loyal bahkan cenderung fanatik, sesuatu yang menjadikan Indonesia menjadi pasar penting bagi pengembangan industri Korean wave tersebut.