Menurut data tahun 2019 saja, Indonesia merupakan fanbase Korean wave nomor 3 terbesar di dunia, setelah Korea Selatan sendiri dan Thailand.
Untuk itu, Korea Selatan tak segan-segan menggelontorkan investasi yang cukup besar di Indonesia, menurut catatan Kementerian Investasi, nilai investasi Korea Selatan di Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$ 30 milyar atau Rp. 450 triliun.
Selain itu, secara budaya pun mereka seolah niat untuk saling bertukar, menurut sejumlah sumber informasi yang saya dapatkan, Bahasa Indonesia menjadi sangat populer juga di Korea, tak kurang 3 perguruan tinggi top di Korea  yang menawarkan program Bahasa Indonesia, yakni Hankook University, Busan Univesity, dan Woosong University.
Hal ini juga didukung oleh perusahaan-perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia. Mempelajari bahasa Indonesia memberikan mereka peluang untuk bekerja di perusahaan Korea di Indonesia.Â
Indonesia sebagai salah satu penyumbang fanbase terbesar, membuat artis-artis Korea lebih memerhatikan Indonesia dengan membuat konten-konten dengan latar budaya Indonesia.
Hal tersebut, juga dilakukan mereka terhadap negara-negara lain yang memiliki fanbase cukup besar, makanya tak heran jika fenomena Korean wave gelombangnya melanda hampir seluruh negara-negara dunia lainnya.
Oleh sebab itu, nilai ekonomi industri kreatif yang masuk dalam Korean wave menurut Profesor Studi Internasional dari Korean University Andrew Kim, menyumbang 7,5 persen dari total GDP Korea  atau setara dengan US$ 30,6 milyar.
Di luar masalah ekonomi, penyebaran Korean wave sebagai budaya populer global menjadi salah satu instrumen diplomasi soft power, yang menyebarkan pengaruhnya lebih luas di dunia internasional tanpa kekuatan ekonomi atau militer.
So, seluruh prosesnya yang dilakukan penuh determinasi dan secara sistematis oleh Pemerintah Korea Selatan pada pertengahan 1990-an, sangat menganggumkan dan patut untuk diadaptasi oleh Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan industri kreatif nasional.