Surat Berharga Negara (SBN) Ritel beberapa waktu belakangan memang menjadi semacam fenomena baru dalam dunia investasi di Indonesia.
Hampir setiap penerbitannya disambut antusias oleh masyarakat dan investor ritel domestik. Terakhir, Saving Bond Ritel sub seri SBR 012 T2 dan SBR 012 T4 dengan kuota penerbitan sebesar Rp. 10 triliun ludes diborong investor hanya dalam waktu 9 hari saja, setelah masa penawarannya dibuka pada 19 Januari 2023 lalu.
Mengutip keterangan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu), sampai dengan Jumat (28/01/23) Pukul 19.30 pemesanan SBR 012 T2 dan T4 sudah mencapai Rp. 9,87 triliun dengan jumlah investor sebanyak 35.666 SID (Single investor identification).
Dengan rincian, sub seri SBR 012 T2 dengan tenor 2 tahun jumlah pemesanannya mencapai Rp. 7,4 triliun dengan jumlah investor 23.980 (SID).
Sementara, sub seri SBR 012 T4 berjangka waktu 4 tahun dipesan oleh 11.686 investor dengan nilai pemesanan sebesar Rp.2,74 triliun.
Dan mungkin, ketika tulisan ini dibuat Minggu (29/02/23) pagi, kuota Rp. 10 triliun sudah jauh terlewati.
Nah, oleh sebab itu untuk memenuhi antusiasme publik dan investor terhadap instrumen investasi tersebut, Pemerintah menambah kuota penerbitan SBR 012 sebesar Rp. 5 triliun, menjadi Rp.15 triliun.
Sebenarnya rencana penambahan ini sudah terucap dari Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan sejak pekan lalu saat saya berkesempatan berbincang dengannya.
Mengingat hanya dalam 48 jam saja sejak penawarannya dirilis, Rp. 3,68 triliun langsung diserap pasar, padahal masa penawaran masih lama ditutup, yakni pada 9 Februari 2023 Pukul 10.00.
Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang bisa dipetik dari fenomena antusiasme masyarakat investor Indonesia dalam menyerap SBR 012 tersebut.
Pertama, appetite dan kesadaran masyarakat Indonesia dalam berinvestasi ternyata sudah sangat besar.