Beberapa hari belakangan kita disuguhi laga sepakbola paling akbar 4 tahunan, FIFA World Cup 2022 di Qatar.Â
Berbagai kejutan mewarnai laga di fase grup, siapa sangka Arab Saudi yang selama keikutsertaan di Piala dunia tak pernah membukukan kemenangan, mampu menekuk raksasa sepakbola dunia asal Amerika Selatan Argentina 2-1.
Tim asal asia lain, Jepang mampu menaklukan juara dunia 4 kali Jerman dengan skor dan proses yang sama sempat tertinggal 0-1, lewat gol pinalti di babak pertama tapi bisa membalikan keadaaan di babak kedua menjadi 2-1.
Minggu (27/11/22) malam, dalam laga kedua di grup F, Belgia peringkat FIFA nomor 2 Â harus bertekuk lutut dihadapan Maroko yang merupakan wakil Afrika pemilik peringkat FIFA 22, dengan skor 0-2.
Itulah indahnya sepakbola sebagai sebuah permainan karena kerap unpredictable dan penuh kejutan.
Bukan hanya tak mudah ditebak, keindahan sepakbola juga terletak dari kepiawaian para pemainnya dalam mengolah si kulit bundar ketika menyerang dan mencetak gol atau saat bertahan menghindari pemain lawan menjebol gawangnya.
Skema permainan diracik sedemikian rupa oleh seorang pelatih sehingga pemain memiliki pattern di lapangan, bagaimana mereka harus bertahan, menyerang atau melakukan transisi dari posisi bertahan menjadi menyerang dan sebaliknya.
Tapi sadarkah kita, bahwa semua keindahan sepakbola itu karena setiap pemain di sebuah tim sepakbola memiliki ruang yang cukup untuk bergerak di lapangan.
Salah satu yang berperan yang membuat sepakbola nikmat untuk ditonton  adalah jumlah pesepakbola yang bermain di lapangan yakni 11 pemain per tim, jadi yang ada di lapangan sebanyak 22 pemain dari 2 tim yang bertanding.
Bayangkan betapa crowded-nya sebuah pertandingan sepakbola jika setiap tim bermain dengan 50 orang, sehingga setiap laga sepakbola ada 100 pemain di lapangan.
Keindahan permainan sepakbola  tak akan terlihat, pasti akan sangat membosankan bahkan lebih dari itu akan membahayakan para pemainnya.