Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lewat Perjalanan Panjang dan Berliku Dengan Dibantu Istri dan Anaknya, Akhirnya Anwar Ibrahim Menjadi PM Malaysia

25 November 2022   12:29 Diperbarui: 25 November 2022   12:32 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya lewat perjuangan panjang berliku yang sangat berat hingga harus mengalami hidup di penjara selama bertahun-tahun Datuk Anwar Ibrahim secara resmi menjadi Perdana Menteri Malaysia.

Suami dari Wan Azizzah Wan Ismail ini menjadi PM Malaysia ke-10 setelah Raja Malaysia Adullah Sultan Ahmad Shah menunjuk langsung dirinya.

Penunjukan langsung Raja tersebut harus dilakukan lantaran koalisi partai-partai gagal mencapai ambang batas  Parlemen untuk merebut kursi PM lewat hasil Pemilihan Umum.

Secara pribadi saya pernah dua kali bertemu dengan Anwar Ibrahim, pertama saat ia memberikan kuliah umum di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia (Fisip-UI) dan di sebuah acara kebudayaan di Jakarta.

Itu terjadi beberapa tahun lalu selepas ia bebas dari penjara atas tuduhan sodomi dan korupsi yang hingga kini kebenarannya disangkal oleh Anwar Ibrahim.

Anwar memang dikenal sangat vokal, dalam kuliah umum itu saya ingat betul ia mampu membahasakan sikap reformis nya tersebut dalam diksi cerdas tapi sangat tajam terkait kondisi di negerinya.

Namun, dalam saat bersamaan ia juga terlihat sangat rendah hati. Ia menyalami sebagian dari kami seraya menanyakan kesehatan kami, meski basa-basi tapi tetap saja itu hal yang membuat saya bersimpati.

Karir politik, Pemimpin Koalisi Pakatan Harapan ini dikenal penuh gejolak dan dramatis. Puluhan tahun ia harus berjuang agar bisa menggapai jabatan PM Malaysia.

Anwar Ibrahim adalah salah satu politikus paling populer di Asia Tenggara.  Ia sempat menjadi anak emas tokoh besar Malaysia Mahathir Muhammad yang saat itu menjadi PM Malaysia pada awal 80-an hingga akhir 1990-an, meski akhirnya orang yang sama pula  lah yang memenjarakan Anwar karena tuduhan sodomi dan korupsi.

Menurut sejumlah sumber bacaan yang saya dapatkan, Anwar yang kini berusia 75 tahun, memulai karir politiknya saat ia menjadi mahasiswa di Universitas Malaya Kuala Lunpur, sebagai pemimpin pergerakan mahasiswa yang bernama Gerakan Pemuda Islam Malaysia.

Kemudian pada tahun 1982, ia bergabung dengan UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu), partai politik kondang di Malaysia yang telah lama berkuasa.

Langkah Anwar bergabung dengan partai penguasa ini cukup cerdik. Karir politiknya langsung melesat.Tangga politik ia naiki dengan cepat, jabatan menteri dalam kabinet ia duduki beberapa kali, hingga pada akhirnya pada tahun 1993 ia diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri  sekaligus Menteri Keuangan oleh Mahathir.

Mahathir pada masa itu berkali-kali menunjukan kepada publik, bahwa Anwar merupakan calon penggantinya, hubungan mereka sangat dekat.

Namun kondisi ini tak berlangsung lama, entah apa yang terjadi sebenarnya, meski di mata masyarakat hal tersebut karena krisis keuangan yang menghantam sebagian besar negara-negara Asia pada 1997 dan ekonomi Malaysia pun tergoncang cukup hebat.

Pada akhir 1998, Anwar Ibrahim tiba-tiba dipecat oleh Mahatihir. Kemudian setelah pemecatan itu Anwar balik melawan dan mulai lah Anwar turun ke jalan melakukan demonstrasi, menyerukan reformasi yang kemudian menjadi cikal bakal sebuah gerakan perubahan yang bisa memengaruhi generasi aktivis muda Malaysia.

Atas aksinya tersebut, kemudian Anwar ditangkap dan ditahan cukup lama tanpa pengadilan. Karir politiknya dijegal dengan alasan yang sangat memalukan dan dianggap membunuh karakternya, yaitu dengan alasan telah melakukan sodomi terhadap bawahannya.

Setelah cukup lama ditahan akhirnya kasus Anwar dinaikan ke pengadilan, dan diputuskan bersalah dengan hukuman 6 tahun penjara. Keputusan ini kemudian menimbulkan gejolak di Malaysia, Istrinya dan Putri Sulung Anwar, Nurul Izzah memimpin gerakan demonstrasi itu.

Jalan politik Anwar untuk sementara di tuntun oleh isrinya Wan Azizah Wan Ismail bersama putrinya dengan mendirikan partai oposisi yang kemudian hari bertranformasi menjadi Koalisi Pakatan Harapan.

Selepas Mahathir mengundurkan diri pada 2004, dan posisi PM Malaysia dipegang oleh Abdullah Badwai, melalui Putusan Mahkamah Agung Malaysia, Anwar Ibrahim dibebaskan dari penjara.

Setelah bebas, ia langsung kembali berkiprah di politik dengan menduduki pimpinan koalisi oposisi yang tadnya dijabat oleh istrinya. Meski belum menang, dalam Pemilu 2008 mereka mencatatkan penampilan kuat sehingga secara de facto Anwar dijadikan sebagai pemimpin oposisi.

Sebenarnya saat itu peluang Anwar untuk menjadi PM Malaysia mulai terbuka, tetapi tuduhan sodomi kembali dilancarkan oleh para pemegang kekuasaan di Malaysia, yang menurut Anwar itu merupakan upaya untuk kembali menyingkirkannya.

Lewat perjuangan hukum yang panjang, akhirnya Pengadilan Tinggi Malaysia membebaskan Anwar dari dakwaan pada Januari 2012 dengan alasan kurang cukup bukti.

Tahun berikutnya ia kembali memimpin oposisi untuk merebut suara yang signifikan dalam Pemilu 2014, yang menjadi mimpi buruk bagi koalisi pemerintah yakni Koalisi Barisan Nasional yang tengah berkuasa.

Kembali peluang Anwar untuk maju dalam pemilihan Perdana Menteri Malaysia terbuka, tetapi sayang tudingan sodomi kembali menguar ke publik, pembebasan Anwar di batalkan oleh Pengadilan dan ia di jatuhi hukuman penjara selama 5 tahun.

Sejak saat itu Anwar seolah menghilang dari dunia perpolitikan Malaysia, ia lebih banyak bicara mengenai budaya dan keluarganya dari dalam penjara. Meskipun sejatinya, ia masih memiliki pengaruh besar terhadap koalisi oposisi.

Pada masa Anwar Ibrahim dalam masa hiatus dari dunia politik, mantan mentor yang juga sekaligus "lawan" nya, Datok Sri Mahathir Muhammad mengumumkan bahwa ia mengakhiri masa pensiunnya untuk kemudian maju kembali dalam pergulatan politik elektabilitas di Malaysia pada tahun 2016.

Mahathir yang saat itu sudah berusia 92 tahun, mengaku muak dengan tingkah koruptif mantan anak didiknya yang saat itu menjadi perdana menteri, Najib Razak.

Untuk melancarkan niatnya kembali menduduki jabatan perdana menteri, Mahathir kemudian meminta bantuan Anwar Ibrahim yang saat itu masih terkurung dalam penjara.

Mahathir mafhum nama Anwar Ibrahim masih sangat kuat berpengaruh terhadap oposisi, apalagi istri Anwar, Wan Azzizah pun memiliki pengaruh yang tak kalah besar dalam percaturan politik di Malaysia.

Untuk meyakinkan Anwar dan Keluarganya, Mahathir berjanji akan membebaskan Anwar melalui petisi kepada Raja berkuasa Malaysia saat itu Muhammad V apabila Mahathir menjadi Perdana Menteri Malaysia.

Keduanya kemudian bersepakatan, reuni politik yang sebenarnya tak di duga-duga itu terjadi gambar mereka sedang bersalaman menandai kesepakatan lahirnya aliansi oposisi Pakatan Harapan.

Langkah ini sangat jitu, Mahathir dan Anwar berhasil membawa Pakatan Harapan menjadi pemenang Pemilu Malaysia 2018, sekaligus mengakhiri kemenangan beruntun Barisan Nasional yang sudah berlangsung selama 61 tahun.

Lima hari setelah menjadi PM Malaysia menggantikan Najib Razak, Mahathir kemudian membebaskan Anwar Ibrahim dari penjara dan Mahkamah Agung Malaysia memberikan pengampunan penuh.

Dalam kesempatan sebelumnya, Mahathir pun telah bersepakat bahwa kekuasaanya sebagai PM akan diserahkan kepada Anwar setelah 2 tahun masa kepemimpinannya.

Asa Anwar untuk meduduki jabatan perdana menteri kembali membumbung, tetapi ditengah jalan Mahathir terus berupaya untuk mengulur waktu penyerahan kekuasaan itu dengan berbagai dalih dan cara.

Koalisi Pakatan Harapan kemudian gonjang-ganjing dan terpecah, hingga Mahathir memilih untuk mundur dari jabatan Perdana Menteri Malaysia karena ada semacam mosi tidak percaya dari anggota koalisi terhadap dirinya.

Mundurnya Mahathir ini, membuat situasi chaos dalam perpolitikan Malaysia dan sekaligus membuat Anwar Ibrahim gagal kembali menjadi orang nomor satu dalam Pemerintahan Malaysia.

Situasi perpecahan di Pakatan Harapan, lantas dimanfaatkan oleh Barisan Nasional untuk kembali berkuasa dan menunjuk Muhyiddin Yassin sebagai PM baru menggantikan Mahathir.

Tak berselang lama gonjang-ganjing politik kembali terjadi di Malaysia. Lantaran kehilangan dukungan mayorits di Parlemen Muhyiddin mundur dan digantikan oleh Ismail Saabri Yakob yang kemudian mengumumkan percepatan pemilu pada Oktober 2022 ini dengan keyakinan bahwa Barisan Nasional atau UMNO akan mampu memenangkan Pemilu tersebut.

Namun, keyakinan Ismail itu tak menjadi kenyataan Pakatan Harapan pimpinan Anwar Ibrahim meraih kursi terbanyak dalam pemilu tersebut, meskipun belum cukup untuk membentuk sebuah kabinet.

Menurut Konstitusi Malaysia, untuk membentuk kabinet, partai atau koalisi perlu 112 suara dari total 222 kursi parlemen. Pemegang mayoritas ini yang berhak memberikan nama calon PM ke raja.

Dalam pemilu, koalisi pimpinan Anwar, Pakatan Harapan (PH), memang meraih suara terbanyak dalam pemilu akhir pekan lalu dengan 82 kursi. Namun, angka tersebut tak cukup untuk meraih mayoritas. Sementara itu, koalisi pendukung Muhyiddin, Perikatan Nasional, hanya mendapat 73 kursi.

Oleh sebab itu lah kemudian untuk keputusan penunjukan perdana menteri Malaysia yang baru diberikan kepada raja, dan Raja Malaysia menunjuk Anwar Ibrahim sebagai PM Malaysia yang baru.

Penantian panjang dan berliku Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri Malaysia, tunai setelah hari Jumat (25/11/22) ini diambil sumpah jabatannya di hadapan Raja Malaysia yang bernama lengkap, Yang Di-Pertuan Agong- Al Sultan Abdullah Riya'atuddin Al Mustafa Billah Shah.

Satu hal lain yang paling berpengaruh dalam perjalanan panjang Anwar ibrahim meraih kursi Malaysia 1 ini adalah perjuangan Istri dan putri-putri Anwar yang sungguh luar biasa.

Wan Azzizah dan putri-putrinya terutama Nurul Izzah yang rela terjun ke dunia politik  demi Anwar, mereka adalah salah dua yang paling berperan dalam kebangkitan peran politik Anwar Ibrahim, tanpa mereka mungkin karir politik Anwar sudah berakhir sejak awal dia berseteru dengan Mahathir di akhir 1990an.

Tahniah, Dato' Anwar... Semoga amanah dalam mengemban amanat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun