Judul tulisan yang sangat sederhana ini terinspirasi dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh musisi balada legendaris Indonesia, Ebiet G. Ade yang bertajuk "Untuk Kita Renungkan"
Dalam lagu yang ditulis  Ebiet pada tahun 1982 setelah bencana meletusnya Gunung Galunggung , meskipun lawas tetapi makna dari liriknya masih relevan dengan situasi kekinian, apalagi saat ini bangsa Indonesia khususnya warga masyarakat di Kawasan Cianjur-Sukabumi tengah mengalami bencana gempa bumi cukup dahsyat yang menurut berita terakhir menewaskan 268 orang, hilang 151 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang.
Selain itu bencana gempa bumi yang menurut Badan Metrologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diakibatkan bergesernya Sesar Cimandiri ini, memaksa 58.652 orang untuk mengungsi serta merusak lebih dari 20.000 ribu rumah di kawasan yang meliputi 12 Kecamatan di Kabupaten Cianjur dan sebagian kecil Kabupaten Sukabumi.
Lagu "Untuk Kita Renungkan" ini mendeskripsikan tentang musibah dan bencana yang terjadi di dunia.Â
Anugerah dan bencana
Adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil
Agar kita sadar
Adalah Dia diatas segalanya oh ho...
Adalah Dia diatas segalanya
Anak menjerit - jerit
Asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman
Hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan
Masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista.
Dari potongan lirik di atas, karena kita bangsa yang relijius pastinya memercayai bahwa apapun peristiwa yang terjadi di dunia ini berlangsung karena kehendak Sang Maha Pencipta.
Untuk itu segala Anugerah yang bisa dimanifestasikan dengan rejeki yang berlimpah atau sehat jasmani dan rohani merupakan bagian yang harus disyukuri.
Namun bukan berarti bencana seperti yang terjadi di Cianjur itu membuat kita berkecil hati dan merasa di hukum oleh Sang Maha Kuasa.