Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tragedi Hallowen Itaewon Tewaskan 151 Orang, Katastropi Stampede Setelah Tragedi Kanjuruhan Yang Sejatinya Bisa Dihindari

30 Oktober 2022   15:11 Diperbarui: 31 Oktober 2022   18:07 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara di sisi lain, Karbondiaoksida di dalam tubuh pun akan terjebak tak bisa dikeluarkan, akibatnya tubuh menjadi lemah, pingsan dan apabila tidak tertolong bisa mengakibatkan kematian dengan tanda yang khas berupa wajah kebiru-biruan.

Akibatnya banyak korban yang berjatuhan, padahal sebenarnya jika dikelola dengan baik kerumunan massa masif itu tak perlu menimbulkan korban.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana kondisi Stampede itu bisa dihindari?

Menurut sejumlah studi kedaruratan masal , seperti yang saya kutip dari beberapa sumber referensi, pertama yang perlu dipahami adalah kerumunan massa itu adalah sebuah proses, bukan entitas.

Karena merupakan sebuah proses, maka yang pertama harus dicermati adalah bagaimana kerumunan dapat terbentuk dan berinteraksi, lantaran hal itu akan sangat menentukan bagaimana kerumunan itu akan membubarkan dirinya.

Bagaiamana menghindarinya, ya  harus diiringi dengan tata cara mengantisipasi perilaku stampede berdasarkan analisis risiko dan prediksi perilaku massa serta melakukan beberapa pendekatan psikologis sehingga ketika kerumunan itu mulai bergerak tak terarah, tak menimbulkan kepanikan.

Kata "panik" pada dasarnya menjadi kunci utama dalam katastropi stampede.  Studi Neurosains menunjukan bahwa kepanikan massal berbeda dengan ketakutan pada level personal.

Dalam kepanikan massal, dinamika interaksi antar individu lebih penting diperhatikan dibandingkan emosi orang per orang. Kerumunan massa panik memicu aktivitas, antisipasi, dan amplifikasi aksi yang jauh lebuh tak terkontrol.

Naluri "selamatkan diri masing-masing" dan perilaku apapun yang dirasa dapat sesegera mungkin dilakukan agar bisa membantu meninggalkan atau menjauhi sember bahaya atau ketidaknyamanan yang muncul secara naluriah menjadi lebih dominan.

Dalam beberapa kasus stampede, orang-orang yang selamat mengungkapkan  bahwa mereka tidak dapat melihat atau mendengar apa yang terjadi dihadapan mereka, sehingga malah keliru bergerak ke arah sumber bahaya.

Dalam kondisi seperti itu, anjuran-anjuran menenangkan yang biasanya diucapkan oleh petugas tak akan efektif karena yang tenang pun akan terdampak oleh menularnya stress dari kerumunan massa yang lebih banyak.

Sangat tidak mudah memang melakukan mitigasi agar kasus katastropi stampede bisa dihindari, satu hal penting di dalamnya adalah efektivitas keputusan  dalam mengontrol massa, agar dapat dilakukan memembutuhkan proses panjang agar massa bisa teredukasi serta petugas bisa terlatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun