Demikian pula hasil survey yang dilakukan oleh Charta Politika yang dilakukan bulan September 2022, elektabilitas Ganjar berada diangka tertinggi 31,3 persen.
Lembaga Survey SMRC pun, hasil survey-nya menempatkan Ganjar sebagai pemilik elektabilitas tertinggi dengan 17,6 persen.Â
Dengan fakta seperti ini, agak naif apabila PDIP tetap mengesampingkan Ganjar sebagai capres terkuatnya, alih-alih mengusung Puan Maharani yang elektabilitasnya masih jeblok di kisaran angka 1 hingga 2 persen saja.
Meskipun hasil survey bukan satu-satunya tolok ukur yang digunakan untuk menentukan calon yang sebaiknya maju.Namun hasil survey juga tak mungki diabaikan oleh elit PDIP termasuk Ketua Umumnya, Megawati.
Umpamanya, jika ternyata setelah berbagai upaya dilakukan tetapi hasil survei ternyata sangat sulit untuk terdongkrak lebih tinggi lagi, sedangkan ganjar semakin moncer hasilnya, mungkinkah PDIP memunculkan skenario Ganjar-Puan.
Melapaskan Ganjar ke parpol lain sebagai capres bakal sangat berisiko bagi PDIP karena Ganjar dapat membawa sebagian gerbong kader dan simpatisan PDIP.
Sangat mungkin skenario duet Ganjar-Puan tak akan memuaskan banyak elit PDIP pendukung Puan, apalagi yang tak terlalu menyukai Ganjar.
Namun, lebih masuk akal jika tujuannya ingin mempertahankan peran PDIP dalam peta perpolitkan nasional, mencetak hattrick kemenangan pemilu tiga kali berturut-turut serta untuk menjaga keutuhan partai.
Syarat utama terwujudnya duet ini adalah kerelaan Puan untuk menjadi pendamping Ganjar
Skenario Ganjar-Puan mungkin tak akan mudah diwujudkan. Tetapi jika sudah perintah Megawati tak mungkin lagi akan ada yang membantah.
Jika dihubungkan dengan  pembentukan koalisi sepertinya PDIP lebih mungkin bergabung bersama KIB, yang juga merupakan rekan koalisinya dalam pemerintahan saat ini.