TransJakarta mulai Selasa (04/10/2022) mengalami perubahan.
Sistem pembayaran menggunakan kartu uang elektronik saat menggunakan angkutan umumPT. Jaklingko selaku operator transportasi umum di Jakarta seperti dilansir sejumlah media, menyebutkan bahwa perubahan sistem ini merupakan bagian dari penerapan tarif angkutan terintegrasi Jakarta.
Dalam sistem lama, jika kita menggunakan TransJakarta maka kartu uang elektronik yang digunakan akan terpotong saldonya saat kita tap-in atau memasuki halte atau saat menaiki bus untuk angkutan non jalur.
Selain itu, kartu uang elektronik yang digunakan, bisa untuk beramai -ramai artinya 1 kartu bisa digunakan oleh satu orang atau lebih selama saldonya mencukupi.
Nah, dalam sistem yang baru ini,  kartu uang elektronik penumpang, baru akan terpotong saat melakukan tap-out atau keluar dari halte TransJakarta.
Kemudian, sistem yang baru ini juga tak memperbolehkan kartu uang elektronik digunakan oleh lebih dari satu pengguna, berarti 1 kartu untuk 1 penumpang dan setiap penumpang wajib melakukan tap-in dan tap-out, apabila tak dilakukan maka kartu uang elektronik yang bersangkutan akan otomatis terblokir.
Satu hal lagi, kalau sebelumnya batas bawah saldo kartu uang elektronik sebesar Rp.3.500 atau sesuai tarif yang telah ditetapkan, kini saldo minimal yang ada di kartu uang elektronik sebesar Rp.5.000.
Sebenarnya bagi pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) hal ini tak asing lagi. Lantaran sistem pembayaran menggunakan kartu seperti ini lah yang biasa dilakukan ditransportasi ulang-alik berbasis rel tersebut, yakni saldo terpotong saat tap out dan 1 penumpang 1 kartu uang elektronik
Namun, perbedaan tersebut karena sistem pentarifan di KRL dan TransJakarta berbeda. Di KRL, untuk 1 hingga 25 km pertama tarifnya Rp.3.000, dan untuk setiap 10 km selanjutnya dibandrol Rp.1.000 rupiah dan kelipatannya.
Oleh sebab itu, pemotongan saldo kartu uang elektroniknya harus di lakukan pada saat tap out. Karena tarifnya variatif, misalnya dari Bogor ke Citayam saldo yang akan terpotong Rp.3.000 sekali jalan per orang.
Sedangkan jika penumpang turun di Stasiun Tebet maka saldo yang akan terpotong Rp 5.000.Â
Sedangkan Trans Jakarta sejauh atau sedekat apapun kita menggunakan angkutan umum tersebut tarifnya tetap saja Rp.3.500 per sekali jalan setiap orangnya.
Dengan demikian, sistem saldo terpotong  ketika tap-in ya masuk akal dan tak akan merugikan operator angkutan umum di Jakarta ini.
Sayangnya, perubahan sistem di Trans Jakarta ini tak tersosialisasikan dengan baik dan  ternyata sistem baru tersebut belum teruji kehandalannya sehingga kerap error.
Kasus paling banyak terjadi adalah penumpang terpotong saldo kartu uang elektroniknya 2 kali, hal tersebut jelas merugikan penumpang.
Hal tersebut saya alami langsung, ketika menggunakan bus TransJakarta non jalur yang melakukan tap in-nya di atas bus, saldo saya terpotong, ketika saya turun di halte untuk kemudian melakukan tap-out, kembali saldo saya terpotong.
Awalnya saya tak terlalu aware terhadap hal itu, tetapi ketika saya akan kembali tap-in kok saldo saya berkurang Rp.7.000 berarti dalam perjalanan sebelumnya saldo di kartu uang elektronik saya terpotong 2 kali.
Saya coba menanyakan hal tersebut pada petugas yang berada di halte, mereka seperti kebingungan dan menyarankan saya untuk  bertanya langsung ke manajemen Tran Jakarta lewat media sosial atau call center milik mereka.
Memang betul pihak TransJakarta menyiapkan hal tersebut, tapi jawaban yang saya terima sangat template khas chat both dan tak membantu apapun
And you know what, ternyata yang saya alami juga terjadi pada ribuan penumpang TransJakarta lain. Selain itu, banyak sekali penumpang yang kartunya tiba-tiba terblokir, baik saat akan tap-in maupun tap-out.
Kondisi tersebut membuat aliran penumpang yang akan keluar atau memasuki peron pemberangkatan dan kedatangan bus Trans Jakarta menjadi mengular.
Kondisi halte menjadi super crowded apalagi di halte-halte yang tak terlalu luas areanya, seperti misalnya di Tosari.Â
Situasi itu bisa terjadi karena perubahan sistem tersebut sangat minim sosialisasi, PT Jaklingko selaku operator TransJakarta tak melakukan tugasnya dengan baik.
Saya saja, pengguna harian Trans Jakarta, sama sekali tak terinformasikan dengan perubahan sistem tersebut. Lucunya lagi, melalui berbagai media pihak operator Trans Jakarta mati-matian menyatakan bahwa perubahan sistem itu sudah disosialisasikan dengan baik.
"Sosialisasinya sebetulnya kalau di medsos-nya Jaklingko sudah dilakukan," kata Direktur Utama PT Jaklingko Muhammad Kamaludin, seperti dilansir CNNIndonesia.com. Selasa (04/10/22).
Bapak Kamaludin yang terhormat, apabila perubahan sistem tersebut sudah tersosialisasikan dengan baik, para pengguna TransJakarta tak akan kebingungan seperti saat ini.
Akui saja bahwa perubahan sistem itu memang belum disosialisasikan, mungkin sosialisasinya dilakukan diantara mereka sendiri saja.
Ribuan penumpang dalam dua hari ini harus tersiksa akibat perubahan sistem ini.Selain kurangnya sosialisasi, ternyata sistemnya pun belum begitu sempurna dijalankan.
Mbo yah, diuji cobakan dulu sebelum diterapkan, kalau sudah yakin berjalan dan tak akan menimbulkan permasalahan teknis, baru dterapkan.
Sungguh ironis, di satu pihak pemerintah terus menghimbau masyarakat agar menggunakan angkutan umum, eh malah operator angkutan umumnya malah carut-marut.
Jika memang belum siap, kembalikan lagi saja ke sistem sebelumnya sambil mengencangkan sosialisasi dan memperbaiki sistem barunya tersebut. Petugas lapangannya saja  tergagap-gagap kok ketika menghadapi masalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H