Bahkan dalam perjalanan pengungkapan kasusnya, kedua orang itu kerap diintimidasi dan di bully serta di cap sebagai pengkhianat oleh para aparat militer di Pangkalan Militer AS tersebut.
Tak surut ditekan begitu rupa, Kaffe dan Galloway terus merangsek merangkai penyelidikan hingga kemudian mengerecut pada kesimpulan adanya keterlibatan "The Untouchable" komandan Pangkalan Kolonel Jessup yang sangat berkuasa dan disegani karena memiliki karir militer panjang dengan berbagai penghargaan tertinggi karena jasa-jasanya.
Hingga akhirnya, di akhir  persidangan Kolonel Jessup dipanggil menjadi saksi persidangan. Lewat pertanyaan-pertanyaan cukup tajam yang disampaikan Letnan Kaffe mengusik ego sang Kolonel, sehingga Jessup dengan penuh amarah mengakui bahwa dirinya lah yang memerintahkan penembakan terhadap Santiago melalui perintah "Kode Merah" atau Red Code.
Red Code dalam versi film A Few Good Men adalah perintah atau aturan tak tertulis dikalangan militer untuk memberi hukuman di luar peraturan baku.
Alur kisah dalam cerita film  A Few Good Men ini hampir sebangun dengan alur "drama" kematian Brigadir J yang belakangan membuat ruwet seluruh negeri ini.
Tentunya kita ingat betul, bagaimana kisah awal kasus kematian Brigadir J saat diungkapkan ke publik 3 hari setelah peristiwa tersebut terjadi, yang penuh kejanggalan seolah memerkosa akal sehat kita sebagai manusia.
Lapisan-lapisan cerita yang awalnya disebut "Polisi Tembak Polisi" terkesan penuh rekayasa meski oleh Polisi hal itu diklaim sebagai perkembangan kasus.
Perlahan namun pasti kebenaran kasus itu mulai terkuak setelah Kapolri membentuk Tim Khusus dan secara bersamaan menonaktifkan para personil Kepolisian yang diduga terlibat dalam kematian Brigadir J tersebut.
Hingga akhirnya, salah satu tokoh utama dalam kasus kematian Brigadir J, mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo harus menghadapi tuduhan karena melanggar kode etik dan ketidakprofesionalan dalam penanganan kasus yang mengegerkan Indonesia tersebut.
Meskipun alurnya terkesan sebangun, tetapi motif antara keduanya sangat berbeda. Dalam " A Few Good Men" kehormatan kesatuan dan militer menjadi pangkal masalah terbunuhnya Prajurit Santiago, hal tersebut terungkap saat Kolonel Jessup di cecar pertanyaan tajam Letnan Daniel Kaffe dalam persidangan.
Letnan Kaffe :Â I want the truth