Andai pihak Twitter dianggap belum memberi akses terhadap tim akuisisi Elon Musk untuk melakukan penelusuran mendalam terkait populasi akun palsu di Twitter saat itu, kenapa juga mereka tetap menandatangani  kesepakatan akusisi.
Mereka bisa saja menunggu  hingga pihak Twitter membuka akses lebih jauh untuk pendalaman populasi akun palsu. Â
Setelah proses due dilligence terkait akun palsu itu rampung dan jelas diketahui berapa persentase pasti jumlah akun palsu diketahui, baru proses transaksi tersebut berlanjut menjadi kesepakatan.
Sehingga tak perlu ada drama seperti saat ini, yang pastinya akan menimbulkan kerugian secara moril dan materil bagi kedua belah pihak.
Tetapi, itulah dunia bisnis seperti halnya politik yang tampak dipermukaan tak selalu menunjukan apa yang terjadi sebenarnya, What you saw is not you see.
Karena pada prinsipnya aksi korporasi semacam akuisisi, merger, atau konsolidasi perusahaan ini dalam konsep dan pelaksanaannya sangat komplek dan njelimet karena biasanya melibatkan hal-hal yang sangat detil.
Ya, The Devil is in the details.
Saya sedikit memiliki pengetahuan terkait masalah akuisisi tersebut, lantaran pernah mempelajari dan terlibat dalam proses Merger dan Akuisisi sebuah perusahaan nasional..
Terminologi Akuisisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemindahan kepemilikan atau aset sebuah perusahaan.
Dalam pengertian lain yang lebih teknis seperti yang saya kutip dari Investopedia.com, sebuah aksi korporasi bisa dikategorikan sebagai sebuah tindakan akuisisi manakala sebuah korporasi atau individu membeli sebagian besar atau seluruh saham perusahaan lain sehingga memiliki kuasa penuh untuk mengontrol jalannya perusahaan tersebut.
Dengan demikian, pihak yang melakukan akuisisi dapat membuat keputusan apapun mengenai pengelolaan aset, bagaimana perusahaan terakuisisi tersebut akan dijalankan kemudian, tanpa harus terlebih dahulu meminta persetujuan pemegang saham minoritas.