politik di Indonesia mulai bergerak semakin kencang mendekati tahun politik 2024. Terkadang ritmenya beraturan meski lebih sering bergerak tak beraturan.
PendulumMeski waktu menuju "D Day" masih dua tahun lagi, tetapi "jalinan kasih" antar partai politik sudah mulai ditautkan atas nama pembentukan koalisi, tak soal ideologinya berbeda sepanjang kepentingannya terakomodasi.
Tak ada yang salah dengan semua itu, karena itu lah politik selalu berbicara tentang kepentingan dan kompromi dalam meniti kesepahamannya.
Terakhir, "jalinan kasih" antara Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah disepakati pada hari Sabtu (18/06/22) kemarin dalam sebuah pertemuan antara kedua petinggi partai, meskipun belum sampai pada "akad" koalisi.
Namun, jika dianalogikan ke dalam hubungan asmara antara pria dan wanita, kedua partai politik ini sudah dalam tingkat tukar cincin alias tunangan, jadi tinggal nunggu hari baik dan bulan baiknya saja untuk melangsungkan akad koalisinya.
Bahkan nama koalisi antara partai pimpinan Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar ini sudah diumumkan ke publik yakni Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Apabila koalisi resmi "menikah" maka hingga saat ini sudah ada dua aliansi partai politik dalam menghadapi Pemilu 2024. Setelah sebelumnya Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) bersepakat untuk membentuk aliansi politik yang dinamakan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Berbeda dengan KIB yang belum jelas siapa yang akan diusung sebagai bakal calon pasangan Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 2024.
KKIR "wanna be" ini sepertinya sudah terlihat jelas peta-nya, tanpa harus diumumkan sekalipun. Prabowo Subianto bakal menjadi capres dan Muhaimin Iskandar atau biasa dipanggil Cak Imin akan menjadi cawapres-nya.
Meskipun secara resmi Gerindra belum mengumumkan Ketua Umum-nya sekaligus Ketua Dewan Pembina-nya dan Pendiri Partai Gerindra, Prabowo sebagai calon presiden tapi secara de facto sudah pasti bakal mengusung Boss Besarnya tersebut, seperti diungkapkan Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco dalam Podcast Akbar Faisal Uncensored.
"34 DPD menghendaki pak Prabowo kembali maju di Pilpres 2024, tinggal menunggu waktu saja" Ujar Dasco.
Kemudian dalam kerangka koalisi, mengapa Prabowo yang jadi Capres bukan Cak Imin. Padahal kita tahu juga ambisi Ketua Umum PKB menjadi Capres begitu membara.
Pertama, karena didasari oleh ewuh pakewuh politik, ingat Gerindra pemenang nomor 2 jika dihitung jumlah suara, dengan raihan 12,57 persen, meskipun jika mengacu pada kursi di DPR nomor 3 di bawah Golkar pada Pemilu 2024.
Sementara PKB raihan suaranya masih dibawah Gerindra yakni sebesar 9,96 persen. Lebih jauh lagi dalam berbagai survei yang dilakukan oleh sejumlah Lembaga Survei kredibel dalam kurun waktu setahun belakangan, elektabilitas Prabowo sangat jauh di atas Cak Imin.
Hasil survei terbaru yang dirilis Lembaga Survei Sjaiful Mujani Research Center (SMRC) dan Poltracking yang dirilis pekan lalu, menunjukan bahwa elektabilitas Prabowo menurut SMRC ada di angka 27,3 persen dan Poltracking memperoleh hasil 26,8 persen.
Kedua lembaga survei ini menempatkan Prabowo untuk urusan elektabilitas nomor 2 di bawah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan di atas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sementara Cak Imin, menurut kedua lembaga survei tersebut elektabilitas jauh di bawah Prabowo. Menurut hasil survei SMRC elektabilitasnya hanya 1 persen saja sedangkan menurut Poltracking elktabilitas Ketua Umum PKB tersebut hanya 0,6 persen.
Dengan fakta tersebut, andai pertunangan ini bisa berlanjut menjadi pernikahan, 99 persen komposisi Capres dan Cawapres dari KKIR bakal seperti itu.
Bagi PKB dan Cak Imin, hal tersebut merupakan langkah pragmatis. Meskipun suaranya dalam Pemilu 2019 lalu cukup besar, namun untuk melangkah menjadi capres agak berat.
Ya sudah tiada rotan akar pun jadi, tak jadi capres pun tak apa tapi paling tidak bisa lah jadi cawapres.
Atau bisa jadi ada klausul tambahan, untuk tahun 2029 Cak imin lah yang bakal diajukan sebagai capres oleh koalisi ini, mengingat usia Cak Imin masih muda dan berpeluang untuk mencalonkan diri pada Pilpres 2029 yang akan datang.
Sementara Prabowo saat Pemilu 2024 kelak, sudah kan berusia 73 tahun, berarti jika ia terpilih menjadi presiden 2024, saat masa jabatannya habis di 2029 usianya sudah 78 tahun, dan mungkin akan berat untuk maju lagi untuk periodenya yang kedua.
Bagi Cak Imin, posisinya sebagai Wapres tentu saja bakal mengangkat elektabilitasnya sehingga peluang untuk melaju menjadi capres 2029 menjadi lebih terbuka dan memungkinkan.
Saya rasa, kedua partai tersebut sudah memiliki kesepahaman terkait hal tersebut. Hitung-hitungan politiknya sudah mereka kompromikan dan disepakati. Makanya seperti diungkapkan para petingginya, proses pertunangan politik ini hanya berlangsung dua jam saja.
“Alhamdulilah kita sudah mencapai titik-titik pertemuan, titik-titik kerja sama, titik-titik kesepakatan. Secara garis besar menyatakan keinginan kita masing-masing untuk bersama-sama bekerja sama untuk menghadapi Pilpres, Pileg, dan Pilkada 2024,”Kata Prabowo,seperti dilansir Kompas.com, Sabtu(18/06/22).
Namun demikian bukan berarti kita menafikan kemungkinan lain, mengingat 1 persen dalam politik itu bisa jadi penentu langkah berikutnya.
Apabila dalam perjalanannya ada partai-partai lain yang bergabung, karena yang masih available belum bersepakat dengan partai manapun ada beberapa partai, seperti Nasdem, PKS, dan Demokrat.
Bisa saja pertunangan itu batal, dan masing-masing menikah dengan pihak lain. Tapi apapun itu, dengan siapa partai-partai politik itu bersepakat semoganya niatnya untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Selain itu, semoga saja mereka sadar bahwa praktik demokrasi ini, bukan untuk membelah rakyat. Jauhilah siapapun partai politik yang menggelorakan politik identitas yang membelah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H