Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Keep Sweet: Pray and Obey Docuseries tentang Sekte Poligami FLDS yang Mengharu Biru

12 Juni 2022   12:16 Diperbarui: 12 Juni 2022   16:03 1356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu (11/06/22) malam kemarin, sambil menunggu siaran langsung pertandingan sepak bola Pra Piala Asia antara Indonesia vs Yordania, saya menonton limited docuseries bertajuk  "Keep Sweet: Pray & Obey"  yang ditayangkan di salah satu media streaming Netflix.

Film dokumenter ini tentang laku manipulatif untuk menjustifikasi eksploitasi terhadap perempuan di bawah umur dalam bungkus poligami atau dalam bahasa mereka "Pernikahan Plural"  berdasarkan dogma kepercayaan sekte Gereja Mormon, Fundamentalism Church of Jesus Christ of Latter Days Saints (FLDS) yang awalnya berada di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat.

Film tersebut memberikan kita informasi cukup lengkap seputar know how FLDS is, yang dibagi ke dalam empat bagian.

Mulai dari gambaran umum sistem dalam sekte, cerita personal para mantan anggota sekte yang mengalami langsung kejadian tersebut, hingga proses hukum yang akhirnya harus diterima oleh Warren Jeffs

Warren Jeffs adalah pemimpin sekte yang merupakan salah satu anak laki-laki dari pendiri FLDS, Rullon Jeffs.

Rullon Jeffs sang pendiri diklaim atau mengklaim dirinya sebagai "Nabi" yang membawa pesan Tuhan untuk disampaikan kepada umatnya,  dan menjadi bapak dari Gereja FLDS.

Ia memulai sekte besar ini dengan kepercayaan bahwa; seorang pria setidaknya harus memiliki 3 orang istri agar bisa masuk dalam Kerajaan Tuhan.

Selain dianggap sebagai ajarannya, mengharuskan setiap pria penganut sekte  beristri banyak dan memiliki banyak anak bertujuan agar komunitas sekte FLDS memiliki sumber daya manusia yang sangat besar, untuk mengembangkan sekte tersebut.

Dan memang, sekte FLDS berkembang sangat pesat dengan doktrin agama yang sangat kuat merasuki setiap anggotanya.

Saking kuatnya doktrin dalam lingkup anggota sekte tersebut, membuat mereka seolah teralienisasi begitu rupa dari lingkungan sekitarnya.

Mereka seperti berada di negara dalam negara, anggota sekte FLDS tak pernah tahu atau mengenal Presiden Amerika, apalagi Gubernur yang memimpin di wilayahnya, yang mereka tahu hanyalah "Nabi" atau pimpinan gereja sektenya yang harus mereka patuhi.

Para anggota sekte secara taklid atau tanpa ba bi bu mematuhi segala aturan yang ditetapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari, mulai dari praktik keharusan berpoligami dan dipoligami, cara berpakaian sampai dengan bagaimana mereka berhubungan secara internal maupun eksternal.

Docuseries "Keep Sweet" ini terbagi dalam 4 episode, pada episode pertama kita akan disuguhi kisah masa kepemimpinan Rulon Jeffs di awal keberadaan sekte FLDS, Jeffs memiliki lebih dari 30 istri yang meninggal karena stroke pada usaha 87 tahun.

Di episode kedua, Warren Jeffs mulai eksis memimpin FLDS. Warren kemudian membawa sedikit perubahan yang membawa FLDS lebih buruk dalam memperlakukan para wanita  dewasa dan anak-anak perempuan yang menjadi anggota sekte.

Dalam dua episode terakhir, kita akan menyaksikan presentasi dokumentasi yang memberi gambaran mengerikan bagaimana praktik-praktik kekerasan dan pelecehan terhadap para perempuan yang bergabung dalam sekte tersebut, tak terbatas pada urusan "pernikahan plural."

Lebih jauh, di episode terakhirnya docuseries ini memaparkan upaya Pemerintah Amerika Serikat menangkap Warren Jeffs dan mengeliminasi keberadaan Sekte FLDS.

Terlihat kesulitan pemerintah membubarkan FLDS dan menangkap pemimpinnya karena mereka tak memiliki celah untuk memasukan kondisi di FLDS menjadi kasus Pidana.

Meskipun akhirnya, aparat hukum negara bagian Texas tempat markas FLDS berada berhasil mendapatkan kesaksian dari mantan anggotanya yang menunjukan bahwa telah terjadi pelanggaran hukum terkait pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.

Dalam sekte ini, anak-anak perempuan yang masih berusia 13 atau 14 tahun sudah dinikahkan dan banyak diantaranya sudah harus mengalami miscarrieage atau keguguran berkali-kali sebelum mereka berusia 17 tahun.

Dari sinilah, polisi menemukan pintu masuk.untuk menangkap Warren Jeffs dan membubarkan sektenya.

Terdapat beberapa tuduhan yang diberikan kepafa Warren, ia dianggap membantu terjadinya pemerkosaan anak di bawah umur.

Ia pun kemudian dituduh telah memerkosa beberapa anak usia 12 tahun dan 15 tahun. Ia dituduh telah membantu pernikahan 67 anak perempuan di bawah umur oleh pria-pria anggota FLDS.

Warren Jeffs sendiri lewat hasil penyelidikan aparat hukum AS, ditemukan memiliki 78 oramg istri dan 24 diantaranya di bawah umur.

Setelah pengadilan menyatakan Warren bersalah ia diputuskan untuk dihukum penjara selama 100 tahun dengan tambahan 20 tahun.

Namun ajaibnya, masih banyak anggota FLDS yang masih mempercayai ajarannya. Dan hingga saat ini masih bergabung dalam sekte ini.

Karena faktanya Pemerintah AS tak memiliki kekuatan hukum untuk membubarkan FLDS.

Dalam wawancaranya, para anggota FLDS tersebut mengaku bahagia dengan kehidupan mereka karena setahu mereka itulah cara mereka menuju keridhoan Tuhan yang mereka yakini.

Begitulah mungkin jika sudah terpapar doktrin kepercayaan tertentu dan sudah merasuki pikiran dan hatinya menjadi sebuah dogma.

Kita jadi bisa memahami betapa teroganisir sisten yang dijalankan Warren Jeffs dalam memanipulasi orang sebanyak mungkin.

Lebih luas lagi kita pun akan menyadari bahwa sangatlah tak mudah meratakan sebuah dogma yang dianut sebuah aliran atau sekte seperti halnya meratakan sebuah rumah menjadi tanah kosong.

Mungkin premis yang ingin dibangun dalam docuseries ini adalah untuk menyadarkan kita untuk berani bersuara apabila kita merasa ada sistem yang salah dengan mengatasnamakan sebuah agama atau kepercayaan.

Meskipun dalam konteks FLDS agak sulit lantaran pengikutnya itu bersifat turun temurun.

Namun demikian, meskipun dokumenter ini keren dan memberi kita tambahan wawasan. Ada lubang yang menganga sebenarnya dalam penggarapan docuseries ini, penggarap film entah dengan alasan apa, alpa membahas sumber pendanaan dari sekte ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun