Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kritik untuk Kubu Anti-Jokowi dan Anti-Anies Baswedan

2 Juni 2022   07:02 Diperbarui: 2 Juni 2022   09:39 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun politik di Indonesia sejatinya baru akan bergulir paling cepat setahun yang akan datang.

Namun, riak-riaknya telah terasa sejak beberapa bulan belakangan. Para kandidat dan partai politik  mulai mematut-matutkan diri untuk menyambut perhelatan demokrasi 5 tahunan yang akan datang.

Bahkan sebagian diantara para calon peserta pemilu sudah sepakat untuk berkoalisi satu sama lain.

Salah satunya, Koalisi Indonesia Baru(KIB) bentukan Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Hal serupa terjadi pula pada para kandidat kuat bakal calon presiden, mereka sudah saling menyambangi dan menjajaki serta bersafari ke berbagai pihak, siapa tahu ada jodohnya.

Suasana memanasnya situasi politil di Tanah Ait lebih terasa di berbagai platform media sosial, terutama yang berkaitan dengan dua kelompok yang itu-itu saja.

Dalam versi saya kedua kelompok tersebut ialah kubu anti-Jokowi dan anti-Anies Baswedan, kedua kubu tersebut merupakan hasil dari polarasi hajatan politik sebelumnya.

Jokowi sebagai personifikasi kaum "cebong", sementara Anies Baswedan merupakan simbol utama kaum "kampret/kadrun"

Kedua sebutan tersebut tak akan saya tulis lagi dalam artikel ini, saya akan menggantinya dengan sebutan anti-Jokowi dan anti- Anies karena konstelasi di lapangan menunjukan fakta seperti itu.

Pendukung dari kedua kubu ini, sehari-harinya saling mendiskreditkan satu sama lain. 

Kubu Anti Jokowi hampir selalu menyerang apapun kebijakan Pemerintahan Jokowi. Terlepas kebijakan tersebut bermanfaat bagi rakyat atau tidak, yang diperbincangkan  selalu sisi negatifnya.

Bahkan mereka tak segan-segan memfabrikasi alasan untuk "membenci" apapun yang berkaitan dengan Pemerintah Jokowi.

Mereka seolah lupa, Jokowi pada musim perhelatan politik 2024 sudah tak akan bertarung lagi.

Padahal harapan anti-Jokowi yang sebagian besar merupakan pendukung Anies Baswedan, menginginkan Gubernur DKI saat ini  menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pemilu 2024.

Diakui atau tidak pendukung Jokowi akan menjadi salah satu penentu utama dalam Pemilu 2024. Jika mengacu pada hasil Pemilu 2019 seperti yang dilansir situs KPU.go.id 

Pemilih Jokowi pada pemilu lalu mencapai 85.650.329 suara atau setara 55,50 persen dari keseluruhan jumlah pemilih.

Nah, jumlah suara sebesar itulah yang dalam pemilu 2024 kelak akan idle lantaran Jokowi sudah dipastikan tak akan maju lagi sebagai calon presiden.

Kemana suara itu akan jatuh, ya tergantung pendekatan calon dan pendukung kandidat yang akan bertarung dalam Pemilu 2024.

Jika kubu salah satu kandidat terus-menerus menyerang Jokowi dan pendukungnya seperti yang dilakukan oleh para pendukung Anies Baswedan, maka sudah hampir dapat dipastikan sebagian besar pendukung Jokowi bakal ogah memilih Anies.

Apalagi faktanya pendukung Jokowi memang masih sangat besar hingga saat ini, hal itu tercermin dari berbagai survei yang menunjukan tingkat kepuasan terhadap pemerintah Jokowi masih sangat tinggi, ada dikisaran antara 58 persen hingga 70 persenan.

Lebih jauh lagi, menjadi tidak bijak dan akan berdampak merugikan calon dukungannya apabila para anti Jokowi, coba mengadu Jokowi secara head to head dengan Anies Baswedan.

Dalam hirarki pemerintahan pun jelas Jokowi di atas Anies, apalagi faktanya Anies Baswedan pernah menjadi pembantu Jokowi dan diberhentikan di tengah jalan.

Meskipun mungkin dalam kapasitas pribadi masih bisa diperdebatkan, tapi lawan Anies dalam Pilpres 2024 nanti bukan Jokowi.

Jadi manfaat seperti apa jika mereka terus mendiskreditkan Jokowi bagi peluang Anies untuk meraih posisi RI 1 jika demikian faktanya.

Apabila hal itu terus dilakukan, ceruk suara yang paling mungkin diraih Anies hanya memperebutkan 68. 650.239 suara atau setara 44,50 persen milik Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019.

Dan jumlah suara tersebut tak hanya akan diperebutkan oleh Anies tapi juga oleh Prabowo yang kemungkinan besar akan kembali maju sebagai capres di Pemilu 2024.

Dengan demikian, seharusnya para pendukung Anies Baswedan mulai mengkalkulasi ulang sikapnya terhadap kondisi ini.

Sebaliknya, para anti-Anies yang sebagian sangat besar diisi pendukung Jokowi harus mengkalkulasi ulang sikapnya terhadap Anies Baswedan dan para pendukungnya jika mereka tak menginginkan Anies Baswedan menjadi Presiden Republik Indonesia hasil Pemilu 2024 kelak.

Harus diingat kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019 lalu, karena ada fenomena anti-Jokowi saat itu. 

Alhasil  banyak masyarakat swing voters saat itu menjadi bersimpati pada figur yang banyak dimusuhi sehingga mereka memutuskan untuk memilih Jokowi.

Hal yang serupa bisa jadi terjadi pada Anies Baswedan, apabila tiap hari para pendukung Jokowi yang anti-Anies menjelek-jelekan dan menyerang Anies.

Percayalah jika itu terus dilakukan, pada saatnya nanti elektabilitas Anies Baswedan bakal terus terungkit naik.

Apa dengan demikian, harus memui-muji Anies? Ya enggak gitu juga lah.

Jika elektabikitas Anies tak ingin naik, lebih baik bangun elektabilitas calon jagoan lain yang diperhitungkan mampu mengalahkan Anies.

Bukan malah terus menjelek-jelekan dan menyerang Anies tapi tak memiliki calon yang dinarasikan lebih baik dibandingkan Anies.

Disadari atau tidak menyerang dan menjelek-jelekan seseorang secara masif dan terus menerus justru akan mengangkat nama yang berangkutan alhasil namanya akan kian terangkat.

Andai belum memiliki jagoan untuk diusung, langkah yang paling efektif untuk menahan agar elektabilitas Anies tak terus naik, ya cuekin saja apapun narasi dia dan para pendukungnya dengungkan.

Harus diingat pula, memang hingga saat ini Anies belum berafiliasi secara resmi dengan partai politik manapun sehingga memiliki kesempatan untuk menjadi capres.

Tetapi dengan mempunyai elektabilitas tinggi mau tidak mau partai-partai bakal berebut meminangnya, tak peduli siapa dia.

Lantaran secara nature partai politik itu tak menginginkan diri mereka untuk menjadi oposisi. Mereka ingin menang dan memerintah.

Jadi jangan berpikir partai mana yang akan sudi mengusung Anies Baswedan, karena faktanya dalam berbagai survei setahun terakhir namanya selalu masuk 3 besar pemilik elektabilitas tertinggi bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Ketiga orang ini kemungkinan besar akan menjadi bakal calon Presiden dalam pemilu 2024. Terlepas bagaimanapun kombinasinya.

Dengan demikian, Anies Baswedan memang bakal menjadi salah satu capres 2024. Apabila para anti-Anies tak mau ia menjadi presiden pikir ulang untuk terus menerus menjelek-jelekan dan menyerang  Anies.

Masing-masing pendukung harus menyadari, bahwa tidak semua orang berpikiran sama dengan apa yang kita pikirkan.

Makanya kita tak perlu saling menjelek-jelekan satu sama lain, apabila jagoan yang kita dukung ingin menang dan menjadi presiden.

Lebih baik tunjukan saja kehebatan jagoan pilihan kita masing-masing. Percayalah dalam pemilu 2024 kelak akan ada lebih banyak pemilih rasional yang memilih berdasarkan program yang ditawarkan bukan semata karena fanatisme buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun