Dari seluruh ungkapan tentang Buya Syafii Maarif, satu kata yang tak pernah ketinggalan saat mengenangnya adalah "KESEDERHANAAN" beliau dalam menjalani kehidupan.
Cerita kesederhanaan Almarhum yang memang genuine, penuh keikhlasan itu seperti tak ada habisnya, ditulis dan dikisahkan berdasarkan kesaksian langsung para pelakunya.
Bagaimana Buya Syafii menggunakan sepeda sebagai alat transportasi hariannya.
Dirinya tak pernah mau mendapatkan keisitimewaan apapun saat mendapat pelayanan publik, antri ya antri saja.
Dan banyak lagi cerita menarik sekaligus menginspirasi tentang kesederhanaan Almarhum semasa hidupnya.
Pertanyaannya kemudian, mengapa kesederhanaan Buya Syafii Maarif disorot dan dibicarakan begitu intens dan masif, padahal masalah kesederhanaan itu sebenarnya biasa saja bagi kebanyakan rakyat Indonesia.
Beliau adalah "Superman" kesederhanaan. Jika kesederhanaan dalam universe lain adalah hal yang biasa saja.
Namun, di tengah hidup yang sungguh sangat materialistis, semakin mendewakan uang, jabatan, pangkat, dan gengsi.
Dengan privilege sebagai seorang tokoh nasional sekaliber Buya Syafii Maarif, kesederhanaan hidup beliau adalah barang yang sangat langka.
Laksana Superman yang di Planet asalnya Kripton manusia biasa saja, lantaran hidup di Planet Bumi menjadi luar biasa
Kesederhanaan bagi Buya Syafii Maarif adalah pilihan hidupnya, beliau sebenarnya bisa saja hidup penuh gelimang kemewahan harta dan jabatan.