Ya, mau ngomong apalagi karena pada dasarnya mereka-mereka ini sebenarnya bukan memperkarakan isu tersebut, tapi ingin melakukan penggiringan opini untuk memuntaskan dendam mereka karena dipecundangi Jokowi dalam 2 kali Pilpres, 2014 dan 2019 dengan menurunkan Jokowi di tengah jalan.
Dalam pandangan mereka semua yang dilakukan Jokowi selama memerintah selalu dipandang dari sisi negatif atau lebih tepatnya dicari-cari kesalahannya.
Secara obyektif sebenarnya memang tak semua yang dilakukan oleh Jokowi pada saat memerintah selama 2 periode itu benar semua.
Banyak sekali kekurangan-kekurangan yang seharusnya tak perlu terjadi dan tak beres-beres penanganannya, seperti misalnya sengkarut tanpa ujung tata niaga minyak goreng, masalah hukum terutama dalam sejumlah kasus korupsi yang juga masih jauh dari sempurna.
Komunikasi kebijakan publik yang benar-benar tak berjalan dengan baik. Masalah ekonomi yang terkadang masih tak berpihak pada rakyat.
Kendati demikian, secara obyektif pula kita harus akui bahwa banyak juga kebijakan Pemerimtah Jokowi yang positif dan memberi dampak besar bagi masyarakat.
Salah satunya tentang pembangunan infrastruktur yang sangat masif. Kebijakan ekonominya yang mampu mengerem inflasi hingga rata-rata selama 7 tahun memerintah bisa berada dibawah angka 3,5 persen.
Sesuatu yang tak bisa dicapai oleh 6 presiden sebelumnya, padahal tantangan perekonomian pada saat Jokowi memerintah cukup berat karena harus berhadapan dengan pandemi Covid-19.
Hal yang tak dihadapi oleh presiden-presiden yang lain.Â
Sinyalemen terkait kebijakan yang positif ini terkonfirmasi lewat berbagai hasil survei tentang tingkat kepuasaan masyarakat terhadap kinerja Jokowi yang mencapai 70 persen.
Namun, ya itu tadi para"pembenci" Jokowi lebih memilih menutup mata pada fakta-fakta positip tersebut.