Ketiga, masifnya isu yang mereka goreng di seluruh wilayah tidak hanya isu elitis yang berkelindan diantara mereka saja.
Mereka mungkin mampu menggarap mahasiswa untuk bergerak di daerah-daerah untuk aktif berunjuk rasa, tetapi vibe-nya ya dikalangan mereka saja tak menyentuh grassroot.
Makanya yang mereka sorong-sorongkan adalah isu kenaikan kebutuhan pokok yang memang faktanya tak terkelola secara benar oleh Pemerintah Jokowi saat ini.
Kemudian, "for the sake of sentimentil things" mereka pun mencoba membakar emosi masyarakat dengan isu kenaikan BBM.
Benar salah satu jenis BBM, yakni Pertamax memang naik. Tapi kan sejak awal jenis BBM ini harganya fluktuatif sesuai harga pasar dan tak disubsidi pemerintah.
Dan masyarakat diakar rumput sebagian besar memahami hal itu, apalagi di era media sosial yang penuh informasi ini
Dengan kenyataan ini, syarat ketiga pun tak terpenuhi.
Syarat keempat sebuah gerakan rakyat masif untuk menurunkan penguasa itu adalah krisis yang menghantam dengan sangat keras fundamental ekonomi yang bisa turut menghancurkan mental penguasa.
Secara ekonomi, meskipun belakangan memang ada sedikit masalah dalam pengelolaan berbagai kebutuhan pokok oleh pemerintah tapi masih controlable dan sebenarnya jika dilihat secara keseluruhan tak buruk-buruk amat sehingga pantas disebut krisis fundamental ekonomi.
Inflasi masih sangat terjaga dibawah 4 persen sementara negara-negara maju saja seperti di Eropa dan Amerika Serikat inflasinya bisa di atas 7 persen.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar dan mata uang utama dunia lainnya relatif stabil dan terjaga. Hutang negara pun meskipun terlihat sangat besar tapi masih managable, rasionya terhadap PDB masih di bawah 40 persen.