Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sambil Berkemah, Mungkin Lebih Baik Jokowi Tetapkan Saja Minyak Goreng sebagai Benda Cagar Budaya

14 Maret 2022   07:02 Diperbarui: 14 Maret 2022   09:30 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang salah dengan rencana Presiden Jokowi untuk berkemah di titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara pada Senin 14 Maret 2022.

Jokowi bersama ibu Iriana dalam agenda berkemah tersebut bakal ditemani oleh sederet pejabat negara lain termasuk, Gubernur dari 34 Provinsi se-Indonesia.

Salah satu agenda perkemahan tersebut adalah akan dilakukan semacam ritual yang disebut Ritual Kendi Nusantara.

Untuk kebutuhan Ritual yang nantinya bakal dilaksanakan di titik nol kilometer, setiap gubernur harus membawa 1 liter air dan 2 kg tanah dari provinsi masing-masing.

Air dan tanah tersebut kemudian akan dimasukan dalam kendi berukuran masif yang terbuat dari tembaga yang dinamakan Kendi Nusantara.

Nah, kemudian Kendi Nusantara yang telah diisi dengan tanah dan air dari 34 provinsi di seluruh Indonesia akan ditempatkan di titik nol dimana pembangunan IKN dimulai.

Ini lah kerennya agenda ini, meskipun nantinya IKN Nusantara akan sangat modern, tetapi langkah awalnya justru dimulai dengan sesuatu tradisional yang mengagungkan kearifan lokal yang Indonesia banget.

Untuk kebutuhan "kemping" para pejabat paling penting di negara ini sejumlah fasilitas disiapkan antara lain Listrik karena di sekitar titik nol kilometer belum terpasang aliran listrik.

Pun demikian dengan sistem telekomunikasi, persedian air bersih, bahkan konon katanya sekililing tempat mereka berkemah sudah ditaburi garam agar tak diintervensi ular.

Keren sih, artinya perkemahan Jokowi dan jajaran pejabat pemerintah akan menandai kick off proyek  pembangunan IKN Nusantara.

Selain untuk urusan IKN, harapan saya sih Presiden Jokowi bersama pejabat pusat beserta para Gubernur bisa membicarakan kemungkinan minyak goreng dijadikan sebagai benda "cagar budaya," karena keberadaannya langka dan mungkin hampir punah.

Kenyataan pahit terkait langkanya minyak goreng ini dirasakan benar oleh rakyat Indonesia saat Presiden Jokowi dan para pejabat tengah asyik berkemah.

Entah apa yang terjadi dengan Jokowi saat ini, mungkin ia alpa memberi perhatian terhadap salah satu bahan pangan strategis nasional karena saking banyaknya persoalan yang tengah dihadapi negara ini.

Tapi, masa sih ia tak mendengar jeritan rakyat dan gambar-gambat antrian masyarakat untuk membeli minyak goreng dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan sendiri oleh Pemerintahnya.

Jokowi kan dikenal sangat well informed dan responsif terhadap keluhan rakyat, bahkan ia bisa tahu percakapan grup WA dikalangan keluarga TNI yang membicakan tentang IKN.

Masa sih untuk urusan mahal dan langkanya minyak goreng tak ia dengar dan respon secara langsung.

"Akh kalian rakyat kan seharusnya tahu, masa urusan minyak goreng saja harus presiden yang urus, kan ada Menterinya yang mengurus langka dan mahalnya minyak goreng"

Ya, karena Menteri Perdagangan tak becus mengurus ini, berbulan-bulan urusan minyak goreng tak beres-beres.

Coba di jaman Pemerintahan mana fenomena "minyak goreng sesuai HET langka, sementara minyak goreng di atas harga HET bejibun"

Dan itu terlihat secara jelas dan terang, Kemendag dan Satgas Pangan malah kebingungan mengapa fenomena itu bisa terjadi.

It's your turn pak Jokowi, mereka semua kurang kompeten menyelesaikan masalah minyak goreng ini.

Ayolah bapak turun tangan, coba dong disela kemping bapak di titik nol IKN Nusantara, mumpung lagi kumpul perintahkan dengan tegas dan bila perlu keras agar pihak-pihak terkait segera menyelesaikan sengkarut tata niaga minyak goreng ini

Atau jika tidak, seperti saya tulis diatas "tetapkan saja minyak goreng sebagai benda cagar budaya" toh sepertinya karena sifatnya yang "langka" sudah layak dikategorikan demikian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun