Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hilman Hariwijaya Pencipta Ikon Remaja 80-an"Lupus", Pergi Dalam Keabadian Karyanya

9 Maret 2022   13:43 Diperbarui: 9 Maret 2022   17:34 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar duka datang dari dunia kepenulisan tanah air, Hilman Hariwijaya penulis novel remaja hits era 1980an dan 1990an bertajuk Lupus, telah pergi untuk selamanya di usia 58 tahun, karena komplikasi penyakit yang dideritanya.

Seperti dilansir Kompas.Com, berita duka ini disampaikan oleh mantan  istri almarhum, Aktris Nessa Sadin melalui unggahannya di media soaial Instagram.

"Innalillahi wainnaillaihi rojiun. Telah berpulang Hilman Hariwijaya Rabu 9 Maret 2022 pukul 08.02 WIB. Mohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya untuk almarhum," tulis Nessa Sadin.

Sosok Hilman Hariwijaya, bagi saya cukup penting lantaran berkat karyanya saya jadi lebih suka membaca.

Tulisannya yang dianggap sebagai pelopor dari karya sastra beraliran  pop pada tahun 1980-an. Hal ini yang membuat dirinya dinobatkan sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan dunia sastra Indonesia.

Idntimes.com
Idntimes.com
Novel fenomenalnya yang bertajuk " Lupus" sangat digemari oleh remaja saat itu. Lupus menjadi semacam bacaan wajib remaja pada masanya, tak keren kalau tak membaca Lupus.

Novel Lupus pertama diterbitkan pada Desember 1986 dengan judul "Tangkaplah Daku Kau Kujitak"dan penjualannya meledak.

Mengutip data dari Gramedia Pustaka Utama, seminggu setelah diterbitkan buku tersebut terjual 5 ribu eksemplar jumlah yang cukup banyak buat sebuah karya tulis saat itu.

Sosok Lupus adalah tokoh fiksi yang memiliki karakter seorang laki-laki remaja dari keluarga kelas menengah, yang memiliki pandangan sederhana dalam memaknai kehidupan, ia berprofesi sebagai seorang pelajar yang  nyambi bekerja sebagai wartawan muda di Majalah Hai.

Lupus diceritakan mempunyai adik perempuan cantik dan imut bernama Lulu, mereka tinggal bersama ibunya, Anita yang "terpaksa" harus menjadi pengusaha katering lantaran ayah Lupus yang bernama Mulyadi meninggal saat Lupus kelas 1 SMA.

Tokoh Lupus identik dengan permen karet yang tak pernah lepas ia kunyah. Model rambut berjambul, panjang berkuncir menjadi ciri khas tampilannya.

Karena pandangannya terhadap hidup sangat sederhana, Lupus kerap kali menyikapi problemanya dengan cara yang konyol namun makjleb.

Sehingga ia banyak disukai teman-temannya, bahkan ia mampu meluluhkan hati sederet gadis seperti Poppy, Rina dan Happy.

Ia pun memiliki kawan-kawan dekat yang selalu bersama, seperti Gusur, Boim, Anto, Fifi Alone , Aji, Nyit-Nyit dan banyak lagi yang lainnya.

Tokoh Lupus yang diciptakan Hilman ini merupakan ikon remaja tahun 1980-an yang bisa santai saja menghadapi hidup.

Sebuah antitesis terhadap kehidupan remaja zaman itu yang cenderung rigid, harus disiplin, tak boleh membantah orang tua dan guru.

Lupus bisa santai menghadapi berbagai persoalan remaja yang dibenturkan dengan kedisiplinan dan tindakan keras orang tua dan guru yang masa itu benar-benar kaku.

Lupus, bisa menjadi contoh budaya pop yang kala itu memang merasuki masyarakat terutama para remaja.

Hilman Hariwijaya telah menulis 52 serial Lupus yang sebagian diantaranya diadaptasi menjadi 5 film layar lebar dengan Ryan Hidayat sebagai pemeran utamanya dan beberapa season Sinetron.

Selain Lupus, karya Hilman yang lain seperti Olga, Lulu, Vanya, Keluarga Hantu, dan beberapa judul lainnya mendapat tempat tersendiri di hati para penggemarnya bahkan hingga saat ini.

Dua puluh tahun terakhir ini, Hilman aktif sebagai penulis skenario sejumlah film layar lebar seperti Dealova dan The Walls serta beberapa judul sinetron di televisi.

Kini sang "Lupus" itu telah pergi meninggalkan karya yang akan dikenang sepanjang masa, paling tidak oleh generasi 1980an dan 1990an.

Terimakasih telah mengisi dengan penuh imajinasi masa remaja kami saat itu.

Terimakasih atas karya-karyamu yang telah menjadi kenangan kolektif  dan membentuk sebuah generasi.

Selamat Jalan Hilman Hariwijaya....

Don't Say a Prayer For Me Now.... Save it Till The Morning After..... (Duran-Duran)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun