Ketika Penguasa Rusia, Vladimir Putin merencanakan agresi militernya ke Ukraina, ia sangat yakin pada beberapa fakta bahwa kekuatan militer Rusia jauh lebih hebat dan kuat dibandingkan Ukraina.
Putin juga tahu persis bahwa Amerika Serikat dan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO tak akan mengirimkan pasukannya untuk membantu Ukraina secara langsung.
Putin juga tahu dan sudah berhitung bahwa sumber energi  Uni Eropa, minyak dan gas tergantung pada Rusia, sehingga ia yakin sanksi yang akan ditetapkan tak akan keras.
Berdasarkan fakta-fakta ini, maka ia memerintahkan agar pasukan Rusia bergerak dalam skala penuh untuk menyerang Ukraina dari segala penjuru dengan cepat dan memukul sekeras mungkin dengan asumsi Ukraina akan segera bertekuk lutut dalam hitungan hari.
Setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ditaklukan, ia segera akan membuat rezim baru yang sepenuhnya bisa dikontrol Putin.
Dan perlahan kemudian Rusia akan mampu berkelit dari sanksi yang dijatuhkan, tanpa kerusakan ekonomi yang parah.
Namun, skenario Putin luput berhitung, seperti saat Amerika Serikat menyerang Irak dan Uni Sovyet menginvasi Afghanistan.
Putin entah lupa atau sengaja mengenyampingkan fakta bahwa resistensi rakyat Ukraina akan sedemikian tinggi terhadap invasi Rusia.
Rakyat Ukraina ternyata bergerak dan memberikan perlawanan secara heroik dengan seluruh hatinya atas dasar kecintaan pada negerinya.
Setiap hari berlalu, bukan cerita indah memenangkan pertempuran yang didapat pasukan Rusia, tak juga pengakuan dunia internasional yang Rusia dengar.
Ada banyak hari-hari gelap yang Putin akan hadapi ke depannya.