Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

AS dan NATO Lepas Tangan, Dalam Hitungan Hari Presiden Zelensky Bakal Tumbang dan Perang Berakhir?

25 Februari 2022   15:10 Diperbarui: 25 Februari 2022   18:35 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan bahwa Amerika Serikat tak akan mengirimkan pasukannya untuk membantu Ukraina dalam menghadapi Invasi Rusia.

Pun demikian dengan aliansi militer NATO, karena Ukraina hingga saat ini bukan merupakan anggota mereka, sehingga tak ada kewajiban untuk membantu Ukraina secara militer, apalagi sampai menurunkan pasukan.

Seperti dilansir BBC.Com, Biden dan pemerintahannya memang mengutuk keras agresi militer  Rusia ke wilayah Ukraina, dan kini tengah bersiap untuk memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Namun sanksi ini pun terkesan bakal keluar setengah hati, lantaran semua mafhum kondisi ekonomi Amerika Serikat tak sedang baik-baik saja, Inflasi mereka sangat tinggi, pertumbuhan ekonominya baru menggeliat setelah rusak akibat dihajar pandemi dua tahun terakhir 

Jadi agak sulit bagi AS untuk memberikan sanksi yang cukup keras pada Rusia, lantaran di ujungnya sanksi ekonomi yang diberikan akan berimplikasi buruk bagi perekonomian AS dan Uni Eropa terutama terkait energi.

Apalagi jika menilik kepentingannya, Amerika Serikat menyadari mereka tak memiliki kepentingan apapun di Ukraina dan kawasan di sekitarnya.

Ukraina bukan negara tetangga dekat yang stabilitas keamanannya akan berpengaruh langsung pada keamanan dalam negeri mereka.

Kemudian, lokasi Ukraina tak juga berada di dekat pangkalan militer AS. Secara ekonomi Ukraina  bukan merupakan mitra dagang utama. 

Sanksi yang akan ditimpakan pada Rusia pun lebih kepada partisipasi mereka terhadap keamanan dunia dan sisi kemanusian bukan tentang Ukraina sebagai sebuah negara.

Lebih jauh lagi, Biden pun secara politik keamanan sudah berhitung jika pasukan AS dibantu aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membantu pasukan Ukraina secara terbuka melawan invasi Rusia, bisa jadi akan memicu perang nuklir.

Tak ada jaminan Putin tak akan menekan tombol rudal balistik berhulu ledak nuklir jika mereka tertekan, yang bisa menimbukan bencana nuklir yang melululantakan bumi dan sekalian isinya.

Sikap AS besar kemungkinan juga akan diikuti oleh negara-negara-negara sekondannya di Eropa.

Sikap Uni Eropa memang sangat keras terhadap Rusia terkait invasi yang mereka lakukan di Ukraina.

Tapi tidak berupa tindakan militer,  Inggris seperti diungkapan Perdana Menteri Boris Johnson hanya akan memberikan sanksi ekonomi berupa pembatasan financial bagi pemerintah Rusia, dan mungkin membekukan semua aset milik para oligarki Rusia pendukung Putin, yang berada di kawasan Inggrs.

Pun demikian dengan Jerman dan Perancis, serta negara-negara aliansi lainnya. Sedangkan negara yang dikenal bersahabat dengan Rusia seperti China dan India hanya menyerukan perdamaian tanpa mengecam tindakan Rusia.

Harapan satu-satunya ya PBB, mungkin mereka bisa menjadi penengah dalam diplomasi antara Rusia dan Ukraina, agar perang ini tak berlarut-larut.

Karena sikap negara-negara di dunia yang terkesan tidak tegas terhadap invasi Rusia, sanksi apapun  yang dijatuhkan pada Rusia tak akan efektif dan berpengaruh banyak pada situasi di Ukraina.

Rusia akan terus merangsek hingga mampu menduduki ibukota  Kiev dan menumbangkan Pemerintahan Vlodymyr Zelensky.

Serangan dengan skala penuh dari dari laut dan udara yang dilancarkan pasukan Rusia dari Timur Selatan dan Utara menandakan Rusia ingin secara cepat membuat Zelensky bertekuk lutut.

Kemudian Rusia membentuk pemerintahan baru di Ukraina yang mereka bisa kontrol, dan perang akan selesai.

Saat ini seperti dilaporkan oleh Kantor Berita Associated Press, pasukan darat Rusia tengah bergerak dari Belarusia menuju Kiev tak lama lagi, mungkin dalam hiungan hari akan menguasai ibukota Ukraina tersebut.

Sebelumnya, dikabarkan juga kawasan Reaktor Nuklir Chernobyl sudah dikuasai sepenuhnya oleh pasukan Rusia.

Melihat kondisi kedigdayaan pasukan Rusia di Ukraina tersebut,  bukan tak mungkin dalam hitungan hari Presiden Zelensky akan terguling dan perang pun akan berakhir.

Karena seperti yang Putin ungkapkan di awal deklarasi perangnya, bahwa dirinya dan pasukan Rusia tak akan menganeksasi dab menduduki Ukraina.

Rusia  hanya ingin menetralisir kapasitas militer Ukraina dan menggulingkan Presiden Zelensky yang ia sebut sebagai Neo Nazi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun