Sementara yang membela mati-matian Ganjar dalam masalah ini, adalah mereka yang selama ini menghantam Anies dalam sengkarut Formlua E.
Ini lucu sebenarnya, substansi permasalahan yang seharusnya menjadi  sorotan utamanya pada akhirnya akan terpinggirkan, yang muncul adalah siapa yang paling pantas menjadi calon presiden 2024.
Hal tersebut membuat solusi yang seharusnya menjadi sorotan utama malah menjadi sumir, tak jelas.
Situasi dan kondisi seperti ini tak sehat buat demokrasi Indonesia. Masyarakat sepertinya men-salah kaprah-i lawan politik yang harus dimusuhi selamanya.
Figur memang penting dalam sebuah kontestasi politik tapi bukan berarti harus membabi buta membela atau menyalahkannya.
Terpenting yang harus disoroti adalah kebijakannya, dianggap tak berpihak pada rakyat ya kita kritik beramai, berpihak dan nyata kebijakannya untuk kepentingan rakyat dengan menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik ya kita juga harus apresiasi beramai-ramai.
Tak akan ada ujungnya, jika dendam kesumat terus dipelihara, katanya yang diusung keadilan, tapi adil terhadap diri sendiri saja enggak bisa.
Adil itu kan menempatkan sesuatu pada proporsinya. Bela dan apresiasi jika benar, kritik dan tekan agar memperbaiki masalah jika salah.
Hidup bermasyarakat dan bernegara itu bukan hanya seputaran politik elekrabilitas, lebih dari itu yakni untuk kesejahteraan dan kemasalahatan seluruh bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H