Dan ternyata jargon itu dilibas sendiri oleh anggotanya, dengan ucapan Arteria yang terkesan rasis dan intoleran dalam hal kesukuan.
Di Jawa Barat nama PDIP memang tak begitu harum, buktinya pada saat Pileg 2019 kemarin mereka kalah dari Gerindra.
Dari 91 kursi yang diperebutkan di daerah pemilihan Jawa Barat seperti yang saya kutip dari situs KPU.go.id PDIP meraih 13 kursi.
Sementara dalam Pilpres 2019, pasangan Capres Jokowi-Maaruf Amin yang pengusung utamanya PDIP kalah cukup telak di Jawa Barat dari pasangan Prabowo-Sandi 10.750.568 suara berbanding 16.077.466 suara.
Ketiga, jika diamati dari puluhan ribu cuitan di media sosial Twitter ada pihak-pihak yang selama ini berseberangan dengan PDIP secara tegas, menggunakan blunder Arteria Dahlan ini untuk kepentingan politiknya.
Meskipun, memang jumlahnya jika diperhatikan secara seksama pihak yang seperti ini tak begitu signifikan, jauh lebih banyak yang murni tersinggung sisi primodial kesukuannya.
Andai saja Arteria Dahlan cepat menyadari kesalahannya, sesaat setelah Gubernur Jawa Barat menyentil lewat cuitan di akun Twitter miliknya agar Arteria meminta maaf kepada masyarakat Sunda, mungkin masalahnya tak akan bereskalasi seperti sekarang.
Arteria Dahlan lebih memilih bertahan dengan arogansinya, menolak meminta  maaf.
Alih-alih meminta maaf, Arteria malah dengan jumawanya menantang Ridwan Kamil atau siapa pun masyarakat Sunda  yang tersinggung atas ucapannya yang menihilkan bahasa Sunda itu, mengadukan dirinya ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD).
"Kalau saya salah, kan, jelas, mekanismenya ada di MKD. Apakah pernyataan saya salah?" Â Ujat Arteria, seperti dilansir Kumparan.com, Rabu (19/01/22).
Sontak saja ucapan penuh kesombongan ini membuat kemarahan masyarakat Sunda menjadi bertambah parah, bahkan rekannya sesama anggota PDIP pun sempat menegur dan menyayangkan tindakan Arteria ini.