Misalnya, menggunakan lagu sedih mendayu-dayu yang terdengar secara samar dalam adegan kepedihan yang sangat dalam, akan menggiring emosi penonton untuk merasakan apa yang dirasakan oleh karakter dalam film.
Tanpa musik film, seolah tak bernyawa dan seolah kehilangan karakter yang ingin di delivered oleh Sutradaranya.
Makanya musik atau scoring dalam film menjadi sangat krusial. Ketika scoring digabung dengan visual bergerak atmosfer cerita menjadi semakin kuat, serta mampu membentuk rupa-rupa pengalaman bagi penonton.
Penggunaan scoring sudah bermula sejak 1940-an, disaat pemutaran film bisu yang diiringi oleh live orchestra.
Penggabungan visual bergerak dan audio merupakan penemuan hebat bagi di dunia hiburan di masa itu.
Penonton dapat menikmati kedua unsur tersebut secara bersamaan, dengan kedua unsur tersebut penikmat film bisa lebih terseret saat meresapi setiap adegan dalam film.
Bahkan scoring bisa menjadi identitas tersendiri bagi film-nya. Sebut saja misalnya film The Godfather yang melegenda.
Campuran sikap bijak dan bengis Don Corleone dan Michael Corleone, mungkin tak akan tersampaikan secara utuh seperti yang diharapkan sutradara, andai sentuhan komposer musik Nino Rota tak menjembataninya dengan komposisi musik miliknya.
Atau dalam film Alladin, adegan Jasmin yang dibawa terbang oleh Aladin dengan karpet terbangnya, tak diiringi oleh lagu "A Whole New Words."
Kita sebagai pemirsanya, jadi ikut merasakan benar kebahagian Aladin saat menunjukan betapa indahnya di dunia yang mereka tinggali.
Namun jangan salah, ada sejumlah elemen musik dalam film yang sebenarnya memiliki fungsi dan arti berbeda, yang oleh awam seperti saya terkadang disalahkaprahi.