Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala AFF, Turnamen Prestisius di ASEAN, yang Masih Butuh Pengakuan Resmi FIFA

22 Desember 2021   12:43 Diperbarui: 22 Desember 2021   16:20 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semifinal pertama Piala AFF 2020 antara Indonesia vs Singapura akan dipertandingkan Rabu (22/12/21) malam ini pukul 19.30 di National Stadium Singapura sementara semifinal kedua akan digelar tiga hari kemudian di tempat dan jam yang sama.

Lolosnya Timnas  Indonesia ke Semifinal disambut gegap gempita oleh para penggemar sepakbola tanah air, apalagi pada pertandingan akhir di penyisihan grup, tim Garuda mampu menyingkirkan musuh bebuyutan Harimau Malaya dengan skor telak 4-1 lewat permainan yang sangat impresif.

Piala AFF ini dianggap sebagai turnamen sepakbola paling bergengsi di kawasan Tenggara Asia, namun sayangnya  Federasi Sepakbola International (FIFA) belum menjadikan turnamen sepakbola 2 tahunan bagi negara-negara di kawasan ASEAN ini sebagai Kalender Resmi-nya.

Padahal turnamen sepakbola yang penyelenggaraannya berada di bawah Federasi Sepakbola Asia Tenggara (AFF)  sudah diselenggarakan sejak tahun 1996, dengan nama Piala Tiger.

Nama Tiger tersemat lantaran merk yang merupakan bagian dari  perusahaan bir Heineken yang berbasis di  Singapura menjadi sponsor utama gelaran ini. 

Menukil laman resmi AFF, Turnamen ini diprakarsai oleh enam negara pendiri AFF yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Brunei.

Empat negara lain yang saat itu belum menjadi anggota resmi AFF, diundang agar turnamen ini lebih menarik dan bisa membuktikan timnas sepakbola mana yang terbaik di Kawasan ASEAN ini.

Kala itu yang turut diundang adalah timnas negara Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar belakangan sejak 2004 Timor Leste baru bergabung mengikuti turnamen ini meski tidak reguler.

Turnamen sepakbola antarnegara ASEAN  ini, kemudian berganti nama pada 2006 tak lagi Piala Tiger, tetapi Piala AFF dengan nama Suzuki dibelakangnya,perusahaan Otomotif asal Jepang yang menjadi sponsor utama event sepakbola antarnegara paling akbar se-Asia Tenggara ini.

Meski sudah berubah nama, dan berganti-ganti sponsor, dan seluruh standar pertandingan sesuai dengan arahan FIFA, malangnya Piala AFF ini tak kunjung diakui sebagai turnamen resmi yang masuk dalam kalender FIFA.

Saat itu hingga tahun 2016, turnamen ini hanya direken oleh FIFA sebagai pertandingan persahabatan belaka, artinya kemenangan yang diraih oleh sebuah tim tidak berpengaruh sama sekali terhadap ranking FIFA.

Melansir situs Goal.com, baru pada 2016 memberi ganjaran poin terhadap setiap pertandingan di ajang Piala AFF.

Namun, meski telah mendapat pengakuan FIFA, Piala AFF hingga penyelenggaraan ke 18 tahun ini belum pernah diakui  sebagai turnamen yang masuk kalender resmi FIFA.

Hal itu terbukti, jika kita melihat agenda kalender pertandingan resmi yang dikeluarkan di situs FIFA dalam kurun waktu antara 2016 hingga 2022.

Tak sampai disitu, meski telah diberi ganjaran poin oleh FIFA, tetapi bobot poin yang diberikan FIFA untuk setiap pertandingan yang dimenangkan dalam turnamen Piala AFF ini sangat rendah, hanya 5 poin.

Poin yang bahkan lebih rendah dari laga uji coba di jadwal resmi FIFA yang bobot nilainya mencapai 10 poin.

Meskipun FIFA tak menganggap Piala AFF sebagai turnamen resmi, faktanya antusiasme penonton di turnamen ini cukup tinggi.

Piala AFF 2018 menurut sejumlah sumber dan diakui oleh Presiden FIFA Gianni Infantino ditonton oleh lebih dari 200 juta penonton.

Jumlah penonton  yang nyaris sama juga pernah ditembus pada tahun 2010 lalu, di televisi saja ditonton oleh 192 juta pasang mata.

Bahkan laga final antara Indonesia vs Malaysia dari dua leg yang digelar penontonnya mencapai 30 juta penonton televisi.

Terakhir, seperti yang dirilis oleh situs Bongda menukil Next Media sebagai pemilik hak siar Piala AFF 2020, pertandingan antara Vietnam melawan Indonesia yang berakhir dengan skor kacamata disaksikan 2.842.760 penonton melalui siaran streaming.

Angka penonton yang cukup menakjubkan dan seharusnya tak dinafikan oleh FIFA.

Mengapa pertandingan Piala AFF ini begitu diminati penonton di kawasan Asia Tenggara?

Pertama, karena ada unsur emosional disana selain memang penggemar sepakbola di kawasan ini sangat besar, dan ini merupakan pasar menjanjikan bagi perkembangan sepakbola.

Kedua, Turnamen ini, mungkin satu-satunya kesempatan bagi timnas negara-negara di Kawasan ASEAN untuk mendapatkan trofi yang bisa dianggap "internasional".

Karena kita tahu lah, kualitas timnas sepakbola di negara-negara Asia Tenggara agak sulit bersaing bahkan di kawasan Asia, apalagi dunia.

Vietnam atau Thailand yang begitu hebat di Asia Tenggara ketika sudah berhadapan dengan negara-negara di kawasan Asia lain, tak ada apa-apanya bahkan sering menjadi lumbung gol.

Jadi pantas saja Piala AFF itu seperti oase ditengah padang pasir yang memenuhi rasa dahaga para pecinta sepakbola di negara- negara Semenanjung Malaka dan sekitarnya ini untuk merasakan "prestasi".

Hal ini seharusnya menjadi pekerjaan rumah bagi FIFA, agar gap prestasi antar kawasan itu bisa mendekat.

Dan turnamen-turnamen seperti ini selayaknya didukung penuh oleh FIFA, sebagai bagian dari menggali potensi prestasi sepakbola di kawasan tersebut.

Belakangan, potensi ini telah dilihat FIFA, dan tengah didiskusikan untuk memasukan Piala AFF ke dalam kalender resmi internasional FIFA.

Seperti diungkapkan Presiden FIFA Gianni Infantino

"ASEAN juga merupakan kawasan dengan ekonomi terbesar ke-5 di dunia. Jadi, potensi perkembangan sepakbola di sini sangat besar"ujarnya seperti dilansir Okezone.com.

Terlepas dari pengakuan FIFA, bagi Indonesia memenangkan Piala AFF seperti sebuah mimpi yang harus terus dikejar, dan Semifinal lawan Singapura nanti malam bisa menjadi pintu masuk untuk meraih mimpi tersebut.

Semoga racikan Shin Tae Yong kembali mujarab untuk membawa hasil positif bagi Indonesia dan bisa dipraktikan dengan sempurna oleh para punggawa muda Timnas Garuda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun