Hari ini laga lanjutan yang sangat menentukan nasib Timnas Indonesia di  Piala AFF 2020 melawan musuh bebuyutan negeri Jiran Malaysia akan digelar.
Sejumlah pundit sepakbola Indonesia, mematut-matut strategi dan taktik yang akan dijalankan oleh pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong dalam menghadapi Timnas Malaysia yang dilatih oleh Tan Cheng Hoe.
Ada yang menyebut bahwa Indonesia akan menerapkan strategi bertahan sesuai dengan filosofi sepakbola pragmatis yang di usung Shin Tae Yong untuk meraih hasil positif lawan Malaysia.
Shin Tae Yong memang dikenal luas sebagai pelatih yang mampu mempraktikan sepakbola pragmatis nyaris sempurna.
Mungkin kita masih ingat saat ia mampu membawa Timnas Korsel menekuk raksasa sepakbola dunia Jerman dengan skor 2-0 dalam Piala Dunia Meksiko 2018 silam.
Dalam pertandingan tersebut, Timnas Jerman yang saat itu dibesut oleh Joachim Loew mendominasi penguasaan bola hingga 74 persen.
Hebatnya, meski Taeguk Warriors hanya menguasai bola 26 persen saja, mereka mampu membuat 12 tembakan, dengan 5 diantaranya tepat mengarah ke gawang Manuel Neuer dan berhasil mencetal 2 gol saat laga mendekati akhir.
Alhasil Shin Tae Yong dielu-elukan sebagai salah satu pelatih yang mampu menjalankan sepakbola pragmatis secara sempurna.
Bahkan Jurnalis sepakbola BBC Â John Duerden menjuluki pelatih asal Korea Selatan ini sebagai "The Korean Mourinho" karena kesamaan filosofi dan gaya mainnya yang pragmatis dengan pelatih asal Portugal, Jose "The Special One" Mourinho.
Pertanyaannya kemudian, apakah karena Shin Tae Yong  mengusung filosofi sepakbola pragmatis yang oleh sebagian besar pandit sepakbola dunia diidentikan dengan sepakbola bertahan, melawan Malaysia yang notebenenya memiliki kualitas sejajar dengan Indonesia akan menerapkan strategi bertahan seperti saat berhadapan dengan Vietnam?
Jika mengacu pada arti kata dasar pragmatis yang berarti pandangan yang berlandaskan tujuan praksis.
Sedangkan menurut kamus Oxford, Pragmatis adalah kemampuan untuk mendekati persoalan dengan masuk akal sesuai pertimbangan praktis.
Dengan demikian filosofi sepakbola pragmatis itu tak bisa diidentikan dengan taktik sepakbola bertahan.
Lantaran filosofi sepakbola pragmatis, seharusnya strategi yang diterapkan disesuaikan dengan kualitas lawan yang akan dihadapinya dan taktik yang digunakan lawannya.
Jadi jika berkaca pada arti kata pragmatis diatas seharusnya Shin Tae Yong sangat mungkin akan bermain dengan taktik lebih menyerang dibanding saat Timnas Garuda berhadapan dengan Vietnam, meskipun tetap akan sangat memperhatikan pertahanan.
Toh kualitas individu para pemain Malaysia tak lebih baik dari pemain-pemain timnas Indonesia. Walau mungkin jika dilihat dari pertandingan sebelumnya melawan tim lain, organisasi permainannya saja sedikit lebih baik dari Indonesia.
Dengan demikian tak ada alasan bagi Shin Tae Yong, untuk menerapkan strategi "parkir bus" seperti lawan Vietnam.
Kendati demikian, andai pun Shin Tae Yong tetap menerapkan strategi pragmatis yang defensif saat melawan Malaysia nanti sore, tak perlu dikesankan negatif juga.
Toh bukan berarti pula dengan permainan bertahan mereka melupakan usaha untuk mencetak gol.
Tetapi lebih menitikberatkan permainan untuk mencegah kebobolan dan memanfaatkan peluang secara efektif dari sedikit kesempatan yang dipunyai untuk mencetak gol.
Toh hasil akhir lah yang menjadi ukuran mutlak dalam permainan sepakbola, yang lebih sedikit kebobolan lah yang memenangkan pertandingan sepakbola.
Seperti apa faktanya strategi yang akan diusung Shin Tae Yong, mari kita sama-sama kita saksikan pertandingan antara Indonesia vs Malaysia pukul 19.30 nanti malam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI