Musik dan Bens Leo seperti 2 sisi mata uang yang tak terpisahkan, nyaris seluruh hidupnya didedikasikan oleh pria bernama asli Benedictus Hadi Utomo ini untuk dunia musik.
Bukan sebagai pemusik, penyanyi, atau impresario, ia seorang jurnalis musik. Â Karena kedalamannya dalam memahami perkembangan musik terutama di tanah air, Bens Leo dianggap sebagai ensiklopedia berjalan dunia musik Indonesia.
Profesi sebagai jurnalis musik semisal yang ditekuni Bens Leo selama ini, seperti kesepian di tengah keriuhan.Â
Memang musik penuh dengan gemuruh nada, lengkingan suara dan riuhnya tepuk tangan.
Namun kerja dalam mendokumentasikan jalannya hingar bingar musik menjadi teks berada dalam jalur keheningan.Â
Ia dituntut mampu menerjemahkan hingar-bingar suara tersebut menjadi rangkaian kata yang dapat dibaca, untuk kemudian dipahami sekaligus menjadi arsip bagi pengetahuan musik itu sendiri.
Menjadi jurnalis musik itu seperti paradoks, yang menempatkan dirinya pada dua kutub kesadaran yang saling tarik menarik.Â
Ia hadir dalam sebuah peristiwa dan pertunjukan musik, di kala penonton lain menikmati suguhan musik, eh ia malah berpikir bagaimana cara menyampaikan apa yang ia lihat dan nikmati tersebut agar bisa disampaikan melalui teks kepada para pembacanya.
Dan ingat, seperti yang saya kutip dari tulisan Aris Setiawan Dosen Etnomusikologi ISI Surakarta  di Harian Kompas, membahasakan atau menuliskan peristiwa musik bukanlah perkara mudah.
Kalimat-kalimat yang ada haruslah mewakili atas fenomena yang diamatinya, terutama di ranah etnografi pertunjukan musiknya.
Sependek pengetahuan saya, hanya sedikit sekali jurnalis musik di Indonesia yang sangat dalam memahami dan mengetahui perjalanan serta perkembangan musik Indonesia, salah satunya ya Bens Leo.
Sebelumnya dengan gaya sedikit berbeda ada jurnalis musik lain yang cukup memahami dunia musik tanah air secara komprehensif yakni Denny Sakrie, tetapi sayang usia hidupnya tak terlalu lama, ia meninggal pada tahun 2015 saat berusia 51 tahun.
Dan belakangan ada pula  beberapa wartawan musik yang memiliki wawasan cukup luas dalam membedah dunia musik, diantaranya mantan Pemimpin Redaksi Majalah Rolling Stones Adib Hidayat dan salah satu bekas anak buahnya komedian Soleh Solihun.
Tapi keduanya sepertinya tak seintens Bens Leo ketika menjadi pemerhati musik Indonesia dan mungkin pengalamannya belum sepanjang Bens dalam mengawal perjalanan musik di Indonesia.
Bens, Pria kelahiran Pasuruan 69 tahun lalu itu mulai menceburkan dirinya pada dunia jurnalisme musik saat ia berusia sangat muda.
Dia mulai bekerja secara resmi di majalah musik legendaris Aktuil ketika ia belum berusia 18 tahun, seperti pengakuannya dalam sebuah sesi wawancara di Channel Youtube milik Helmy Yahya.
Ia mengakui bahwa kiprahnya di majalah Aktuil ini menempanya untuk menjadi seorang jurnalis musik yang handal termasuk dalam hal membangun kepercayaan dengan para pemusik yang menjadi obyek beritanya.
Makanya ia berhasil mewawancarai super grup semacam Koes Plus, padahal saat itu ia masih sangat muda dan sama sekali tanpa pengalaman, peristiwa ini kemudian menjadi tonggak sejarah bagi kehidupannya di dunia jurnalistik.
Bens Leo dan Majalah Aktuil itu seperti simbiosis mutualisma, memiliki hubungan erat yang saling menguntungkan. Tanpa Aktuil mungkin Bens Leo tak akan seperti yang dikenal selama ini, tetapi tanpa Bens Leo mungkin Aktuil pun tak akan dikenal sebagai sebuah majalah seperti yang dikenang oleh para penggemar, sebagai majalah musik paling berpengaruh dijamannya, pada tahun 1971 hingga 1978.
Aktuil sendiri lahir pada tahun 1967, didirikan oleh Denny Sabri yang sebelumnya sempat menjadi kontributor musik di Diskorina. Walau sebagian pihak menyebutkan bahwa majalah Aktuil terkesan terlalu kebarat-baratan, tetapi faktanya memang saat itu era masyarakat tengah dahaga  akan berita-berita berbau barat yang dianggap modern, termasuk untuk urusan bermusik.
Majalah ini kemudian mampu memainkan peranan besar dalam membentuk opini dan selera publik, terutama untuk musik rock di kalangan muda. Oplahnya pada setiap penerbitan mencapai 100.000 eksemplar.
Bahkan menurut Helmy Yahya dalam Channel Youtube-nya tulisan-tulisan di Aktuil sangat berpengaruh, opininya didengar,  dan  hingga titik tertentu menjadi acuan gaya hidup anak muda saat itu, jadi semacam benchmark bagi lahirnya budaya pop era tersebut.
Bens Leo adalah bagian dari Aktuil dan sejarah musik Indonesia, itu yang tak bisa dipungkiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H