Ini apa sih!
Menurunkan harga barang bisa seenak begitu tanpa proses yang membutuhkan waktu panjang, sesuatu yang aneh dalam logika bisnis kecuali sedari awal memang harga dasar tes PCR itu memang sudah sangat murah, bisa jadi dibawah harga Rp.100 ribu.
Dan menurut hasil investigasi majalah Tempo seperti dilansir oleh Kompas.TV. Reagen bahan baku utama tes PCR yang merupakan komponen biaya terbesar dalam tes PCR ternyata harganya berkisar antara Rp.13 ribu hingga paling mahal Rp 60 ribu.
Jika hasil investigasi Tempo ini benar adanya, ini Gila dan pantas mereka disebut MAFIA PCR.
Bayangkan berapa keuntungan mereka?
Ironisnya keuntungan mereka yang menurut Indonesia Corruption Watch (ICW) ada di angka Rp. 10 triliun itu  didapatkan para pelaku bisnis kesehatan ini dengan cara menari di atas penderitaan orang lain.
Di tengah kesulitan ekonomi masyarakat akibat pandemi mereka berpesta pora, busuk memang kelakuan mereka meskipun secara bisnis ya sah-sah saja.
Toh dari dulu juga industri kesehatan memang penuh lika liku yang nir transpransi, kita kadang tak pernah tahu obat A bisa begitu mahal dibanding obat B meskipun kandungan dan khasiatnya tak jauh berbeda.
Sengkarut bisnis PCR merupakan gambaran bisnis industri kesehatan di Indonesia, ketidaktahuan masyarakat, ditambah kegagapan pemerintah dalam menerapkan aturan dan keserakahan para pelaku bisnis kesehatan membuat  mafia DALAM INDUSTRI KESEHATAN bergerak leluasa .
Publik juga tak tahu persis apa kah pemerintah memang gagap beneran atau cuma gagap-gagapan kaya pelakon Azis Gagap yang dalam kehidupan nyatanya tidak gagap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H