Makanya kemudian, selain karena ancaman kepailitan, utang yang menggunung ini membuat pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN menarasikan opsi lain, yakni mewacanakan Pelita Air Service perusahaan penerbangan anak usaha dari PT. Pertamina yang selama ini melayani penerbangan tak berjadwal alias carter sebagai pengganti flag carrier Garuda Indonesia Airlines.
Pertanyaannya bisa kah Pelita Air Service yang notebenenya sebuah perusahaan penerbangan kecil yang memiliki spesialisasi melayani klien-klien dari bidang migas ini ditarik dan dibuat menjadi flag carrier menggantikan Garuda?
Dari segi apapun, perjuangan bakal berat sekali bagi Pelita menggantikan Garuda.
Untuk pengadaan pesawatnya saja misalnya, dibutuhkan biaya yang luar biasa besar dan akan menjadi beban besar lagi bagi negara. Meskipun memang bisa saja pesawat-pesawat milik dan yang sedang di sewa Garuda dialihkan ke Pelita Air.
Tapi tetap saja tak akan cukup dan membutuhkan waktu dan biaya.Â
Saat ini menurut situs resmi Pelita Air, mereka hanya memiliki 9 pesawat terbang fixed wings yang kebanyakan bermesin turboproof alias baling-baling, dengan jenis pesawat ATR 42-500, ATR 72-500, Casa 212-200 dan AT 802.Â
Helikopter merupakan jenis pesawat terbanyak yang dimiliki Pelita Air saat ini yakni sebanyak 15 unit, karena pada dasarnya Pelita Air memang didirikan untuk melayani perusahaan-perusahaan migas yang membutuhkan angkutan udara poin-to poin dalam jarak tak terlalu jauh.
Belum lagi berbicara masalah sumber daya dan pengalamannya serta yang paling penting operasionalnya. Apabila mengganti Garuda dengan Pelita Air terpaksa harus dilakukan maka itu seperti deep overhaul yang memerlukan biaya raksasa dan prosesnya akan sangat panjang.
Dengan upaya keras seperti itu pun tak ada jaminan juga Pelita Air bakal sukses menggantikan Garuda yang brand-nya memang sudah dikenal secara global.
Meskipun demikian, memang faktanya Garuda sedang dalam turbulensi keuangan parah  yang berpotensi besar mematahkan struktur perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Staf khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga satu-satunya cara yang bisa menyelamatkan Garuda adalah negosiasi dengan para kreditur dan lessor atau penyedia jasa penyewaan pesawat