Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aktivisme Tagar dalam Kasus Pemerkosaan 3 Anak di Luwu Timur, Mencari Keadilan Lewat Media Sosial

8 Oktober 2021   13:10 Diperbarui: 8 Oktober 2021   13:33 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aktivisme tagar ini secara praksis berbeda dengan aktivisme pada umumnya, aktivisme tagar tidak memerlukan tindakan apapun dari penggunanya selain berbagi cerita di media sosial, re-tweet atau re-publish, atau bisa juga meninggalkan komentar dan menyukai unggahan di media sosial.

Hebatnya lagi aktivisme tagar ini memberikan kesempatan pada orang biasa yang tak memiliki akses ke bentuk-bentuk kekuasan tradisional, memiliki kesempatan untuk menciptakan narasi baru maupun narasi tandingan yang politis sekaligus bisa menarik sekutu untuk membuat perbedaan.

Namun demikian, meski membuka peluang bagi siapapun untuk memiliki narasi sesuai harapannya, aktivisme tagar khususnya yang ada di plaform media sosial Twitter memiliki logika mesin atau alghoritma sendiri.

Dalam beberapa kasus, tokoh publik seperti pejabat publik, tokoh politik, selebritis, influencer atau artis memiliki peranan cukup penting dalam aktivisme tagar ini memalui jejaring mereka di dunia maya.

Dalam isu kekerasan seksual seperti yang terjadi di Luwu Timur tadi, aktivisme tagar menjadi menarik karena memberi ruang bagi perbincangan isu yang selama ini terkubur dalam sekat-sekat ruang privat.

Selain memberi peluang untuk mengkontruksi dan menjadi medium untuk mengorganisasi dan menggalang dukungan dari publik, aktivisme tagar juga bisa menjadi sarana untuk membangunkan kesadaran publik melalui berbagai diskursus yang muncul dalam tagar tersebut dan menyadari betapa pentingnya pemahaman urusan kekerasan seksual ini.

Hal itu tercermin secara nyata dalam tagar #Percumalaporpolisi, yang menjadi medium bagi korban untuk bersuara dan pada akhirnya bisa memperoleh keadilan yang selama ini tersembunyi dalam pekatnya gulita penyelidikan polisi.

Sekaligus memberikan fakta bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa kondisi yang ada terkait Kepolisian itu tidak sedang baik-baik saja.

Apabila kita telusuri puluhan ribu cuitan warganet yang ada dalam aktivisme tagar tersebut 99 persen menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja polisi terutama dalam hal merespon laporan warga.

Mungkin ini terdengar klise, tapi momen ini bisa dijadikan waktu yang tepat bagi aparat hukum di Indonesia terutama Kepolisian untuk berbenah khususnya dalam penanganan kasus-kasus pelecehan atau kekerasan seksual yang terjadi.

Alangkah lebih baiknya andai Polri bisa menjabarkan secara transparan duduk perkara kasus pemerkosaan 3 anak oleh ayahnya ini dari awal hingga kasus ini dinyatakan ditutup karena kurang bukti.

Karena jika terkesan ditutup-tutupi kepercayaan masyarakat pada Kepolisian bisa kian tergerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun