Sayangnya gemerlap kehidupannya saat berprestasi sepertinya berbanding terbalik dengan situasinya saat dia telah pensiun dari bulitangkis.
Mungkin ironi seperti ini kerap kita dengar, mereka yang berprestasi saat masa muda di dunia olahraga, masa tuanya harus hidup tersaruk-saruk.
Kisah sedih para atlet dimasa tuanya sangat panjang, mungkin bisa dijadikan sebuah buku dengan jumlah halaman yang sangat banyak.
Selain kisah Verawati Fajrin ini  ada banyak contoh lain salah satunya adalah mantan Juara Dunia Tinju Kelas Bantam Yunior IBF 2 kali Ellyas Pical.
Dulu saat berjaya dan menjadi juara dunia, ia dielu-elukan dan sangat terkenal  tetapi kini ia harus menjadi seorang tenaga keamanan dsebuah Club di Jakarta.
Kemudian ada Abdul Razak atlet Dayung  peraih 7 medali emas di 2 Sea Games, 4 emas  di Malaysia pada tahun 1993  dan  di Sea Games Singapura 1995 dengan 3 emas.
Selain itu ia pun meraih 1 perak dan 1 penrunggu di ajang Asian Games Beijing 1990, bahkan ia berhasil menembus babak perempat final Olimpiade Barcelona 1992.
Saat itu Abdul Razak tentu saja sangat terkenal dan atensi dari pemerintah pun sangat besar, namun sekarang ketika era kejayaannya memudar perhatian itu tak ada lagi, padahal ia pernah berjasa besar bagi negara ini.
Abdul Razak menghabiskan masa tuanya sebagai nelayan biasa di daerah asalnya Wakatobi dengan penghasilan pas-pasan.
Ketika saya mencoba mengumpulkan data dari berbagai sumber bacaan, mantan atlet yang sekarang kehidupannya tidak beruntung ternyata jumlahnya banyak sekali.
Selain ke-3 Â mantan atlet diatas, diantara ada Karni atlet Dayung Sea Games 1997 kini ia jadi tukang sapu.