"Karena dia tidak akan memberikan dampak turisme, tidak akan memberikan dampak konsumsi, tidak akan memberikan dampak investasi, enggak ada yang dibutuhkan DKI," katanya, beberapa waktu lalu.
Belum lagi, masalah lokasi penyelenggaraan yang rencananya akan dilangsungkan di seputaran Monas, yang berpotensi merusak keberadaan bangunan cagar budaya yang ada disekitarnya.
Meskipun fakta-fakta tersebut terpampang di depan mata, tetapi Gubernur Anies Baswedan terlihat ngotot sekali untuk tetap menyelenggarakan balap mobil listrik formula e ini.
Menurut catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) wilayah DKI Jakarta Pemprov DKI telah mengeluarkan dana dari APBD DKI tahun anggaran 2019/2020 untuk program ini mencapai Rp.983,31 milyar.
Dalam situasi normal saja tanpa pandemi Covid-19 banyak pihak yang menolak ajang balap formula e ini diselenggarakan di Jakarta, apalagi saat pandemi.
Asumsi keuntungan secara ekonomi seperti yang digembar gemborkan Anies yang berasal dari sektor pariwisata dan perdagangan yang datang dari jumlah pengunjung yang akan datang ke Jakarta, karena pandemi masih berlangsung sudah hampir dapat dipastikan tak akan terjadi.
Tapi lucunya Anies Baswedan tetap saja ngotot untuk menyelenggarakan balap mobil listrik formula e , meskipun sudah sempat di tunda 2 tahun.
Melalui Intruksi  Gubernur DKI Jakarta nomor 49 tahun 2021 tentang Penyelesaian Isu Prioritas Daerah tahun 2021-2022, ia mengintruksikan balapan formula e harus tetap dilaksanakan pada Juni 2022 dan hal tersebut menjadi prioritas utama.
Padahal kita tahu, situasi pandemi Covid-19 ini masih terjadi dan tak mudah untuk diprediksi apa yang akan terjadi kedepannya.
Memang betul  pelaksanaan vaksinasi di Jakarta saat ini sudah hampir mendekati herd immunity, tapi mereka lupa di luar wilayah DKI masih jauh sampai kesana.
Artinya potensi penyebaran kembali Covid-19 masih cukup tinggi, kecuali Anies menutup sama sekali akses keluar masuk kota Jakarta.