Beruntungnya Gabby Thomas memiliki seorang ibu Dr. Jennifer Randall yang mampu mendeteksi kapasitas anaknya sejak dini.Â
Melihat anaknya yang dalam pandangannya "Was Pretty much born athletic" Jennifer mendorong anaknya untuk menekuni olahraga atletik.
Meskipun ibunya terus memdorong Gabby sebagai sprinter, ia belum serius berlatih hingga dirinya masuk SMP.
Mulai dari sini sejumlah prestasi berhasil dicetak oleh Gabby, sampai kemudian ia berhasil masuk ke Harvard lewat jalur prestasi.
Ya, prestasinya di olahraga Atletik cukup mengesankan sehingga salah satu universitas paling prestisius  di dunia mau menerimanya lewat kemudahan jalur prestasi.
Meskipun demikian bukan berarti secara intelektual Gabby kaleng-kaleng, Harvard tetap saja Harvard yang memiliki standar sangat tinggi dalam menerima mahasiswanya.
Jurusan yang diambilnya pun cukup "menyeramkan"Neurobiologi dan Kesehatan Global, artinya secara fisik serta intelektual Gabby Thomas memang cukup moncer dan ia mau berdedikasi untuk mencapai prestasi di kedua bidang tersebut.
Alasan Gabby mengambil jurusan Neurobiologi itu lantaran ia memiliki adik kembar yang keduanya autis.
Selain itu ia meyakini bahwa menyeleraskan prestasinya di lapangan sebagai atlet dan sekolah merupakan sebuah keharusan.
Ia sadar bahwa usia prestasi di atletik tak akan berlangsung terlalu lama, makanya pendidikan tinggi menjadi prioritasnya yang harus ia seriusi juga.
Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi para atlet Indonesia, okelah prestasi di bidang olahraga itu keren dan bisa membawa kepada kejayaan, tapi setelah prestasinya turun ia perlahan bakal dilupakan.