Dalam beberapa saat ke depan kita bakal menyaksikan perjuangan pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu dalam menuntaskan asa yang disandangkan kepada keduanya untuk meraih medali emas Olimpiade 2010.
Greysia/Apriyani dalam menuntaskan asanya tersebut harus menghadapi "raksasa" yang secara kuantitatif berada diatasnya, Chen Qingchen/Jia Yifan.
Secara peringkat pasangan ganda putri China ini diatas Greysia/Apriyani, Chen/Jia berada di peringkat 2 dunia sekaligus unggulan 2 di Olimpiade Tokyo 2020.
Sementara pasangan ganda putri Indonesia berperingkat 6 dunia, sejalan dengan itu Greysia Polii/Apriyani merupakan unggulan ke-6 Olimpiade Tokyo 2020.
Statistik rekor pertemuan pun berpihak pada Chen/Jia, dari 9 kali pertemuan dengan pasangan nomor 1 Indonesia ini. Pasangan China tersebut menang 6 kali, sementara Greysia/Apriyani hanya menang 3 kali.
Namun ingat, statistik matematis seperti ini tak serta merta akan membuat keunggulan nyata di lapangan, dan itu fakta juga senyata ukuran kuantitatif diatas.
Tunggal putra nomor 1 dunia asal Jepang Kento Memeto, harus mengakui keunggulan lawannya di babak penyisihan grup asal Korea Selatan Heo Hwang Jee peringkat 35 dunia.
Ganda putra asal Indonesia Kevin Sanjaya/Markus Gideon unggulan pertama sekaligus peringkat kesatu dunia harus bertekuk lutut di tangan pasangan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik secara straigth set, padahal peringkat Chia/Soh hanya 9 dengan rekor pertemuan tak pernah menang.
Atau Kevin Cordon di tunggal putra, siapa kenal dia yang berasal dari negeri yang di peta bulutangkis dunia saja tak terlihat, Guatemala.
Faktanya ia mampu lolos hingga babak semifinal Olympiade musim panas Tokyo 2020 ini.
Bahkan Greysia/Apriyani telah membuktikan sendiri bahwa ukuran kuantitatif bisa tak berlaku dalam pertarungan di level setingkat olimpiade ini.