Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Hanyalah Sebuah Perjalanan, Bukan Kompetisi

19 Juni 2021   09:27 Diperbarui: 22 Juni 2021   22:45 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Digdayamediatama.id

Riuh rendah media sosial memang menyasar setiap aspek kehidupan mulai dari urusan politik, hukum, ekonomi bahkan hingga urusan personal pun dipermasalahkan.

Isu yang viral terkait urusan personal belakangan adalah "Usia 25 tahun harus sudah punya uang Rp. 100 juta" atau yang lagi ramai 2 hari belakangan "usia 40 tahun harus sudah punya rumah"

Selain itu ada urusan yang lebih personil seperti masalah kepemilikan pasangan alias perjodohan. Jomlo tak jomlo menjadi urusan publik alih-alih personal.

Semua urusan tersebut seolah menjadi ajang kompetisi, padahal  sejatinya hal-hal tersebut bukanlah merupakan sesuatu yang  perlu dijadikan kompetisi, tapi ya itulah faktanya masayakat sepertinya suka sekali bergibah untuk urusan itu.

"KPR orang lain mah udah lunas, kamu mah boro-boro, nyicil rumah aja baru mau mulai"

"Akh kamu mah, orang sih udah beranak pinak bahkan udah mau cerai lagi, eh kamu PDKT aja baru mulai"

So what? Emang kenapa sih kalau memang seperti itu, masalahnya dimana biarin ajalah.

Hidup kok seperti kompetisi, semacam turnamen yang capaian-capaian seperti itu diperlombakan, memang siapa event organizer-nya, terus hadiah apa sih yang disediakan untuk pihak yang paling pertama mencapainya?

Ingat yah, jangan mematut-matut ukuran kehidupan seseorang kepada orang lain. Setiap diri memiliki semestanya masing-masing.

Tak ada satu pun alat ukur seperti panacea yang sahih untuk digunakan dalam mengukur kehidupan semua orang. 

Ada banyak sekali faktor dalam kehidupan ini yang memengaruhi kehidupan seseorang, dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Cara yang cocok meraih kesuksesan secara materi atau perjodohan misalnya bagi satu orang belum tentu juga cocok bagi orang lain. Makanya saya tak pernah berminat untuk membagikan tip-tip untuk ini dan itu, kecuali yang memang berlaku universal dan ukurannya baku lantaran saya sadar betul kehidupan itu nisbi.

Jalani lah kehidupan seperti keinginan dan logika masing-masing sepanjang tak melanggar norma-norma negara, kehidupan sosial dan agama yang diyakini.

Tak perlu juga merasa terintimidasi dengan omongan banyak orang. Masih ingat kisah "Anak, Ayah, dan Seekor Kuda"

Mereka melakukan perjalanan, lantaran hanya memiliki seekor kuda sang ayah menaikan anaknya menaiki kuda tersebut dan ayahnya tersebut berjalan disampingnya.

Ditengah jalan mereka bertemu dengan serombongan orang, sesorang dalam rombongan tersebut mencibir 

"dasar anak tak tahu diri, ayahnya udah tua begitu disuruh jalan"

Demi mendengar cibiran itu keduanya kemudian bersepakat, ayahnya lah yang akan menaiki kuda tersebut. Dalam perjalanan kembali mereka bertemu dengan kelompok orang, salah seorang dari mereka berucap.

"Dasar ayah tak punya rasa kasihan, dia enak-enak naik kuda sementara anaknya jalan kaki"

Si Ayah mendengar hal ini kemudian mengajak anaknya tersebut naik kuda bersamanya, eh ditengah jalan ada lagi orang yang julid dan berkata.

"Dasar ayah dan anak tak tahu adat, kuda sekecil itu dinaikin dua orang, bisa mati tuh kuda.

Ya sudah keduanya kemudian turun, kudanya dituntun saja tak dinaiki. Ketika berjalan melewati pasar, orang dipasar berujar.

"Dasar ayah dan anak bodoh ada kuda bukannya dinaiki malah dituntun begitu"

Serba salah bukan?

Cape banget dah, kalau harus mendengarkan komentar orang yang pemahamannya belum lengkap terhadap permasalahan yang kita hadapi.

Mereka tak pernah tahu apa yang melatari keputusan dan pilihan kita tersebut. Jadi biarkan saja lah ibarat kata pepatah "anjing mengggonggong kafilah berlalu"

Jalani saja kehidupan ini sesuai apa adanya sambil kita terus berusaha,do what you have to do. Tak perlu terlalu banyak mendengarkan omongan orang.

Kehidupan ini bukan kompetisi, kehidupan ini hanyalah perjalanan. Tenang saja kita pada akhirnya akan sampai kok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun