Dari situ lah ia kemudian menjadi sangat dekat dengan Keluarga Cendana, sehingga ia punya keistimewaan untuk mengembangkan bisnisnya ke berbagai lini usaha
Salah satu usahanya ya bisnis perjudian kasino di Pulau Chrismast Di lepas pantai Pelabuhan Ratu Jawa Barat yang masuk dalam wilayah Australia.
Bisnis perjudiannya itu tak bisa disebut melanggar hukum lantaran ia mendapatkannya secara sah alias legal.
Pun demikian dengan SDSB dan Porkas yang Robby kelola. Untuk merealisasikan Porkas ini pemerintah Soeharto saat itu menugaskan Menteri Sosial dengan dibiayai Robby untuk studi banding ke Inggris.
Mereka mempelajari judi Porkas ini selama 2 tahun disana, Â tujuannya agar mampu menciptkan model undian tanpa memiliki ekses judi yang terlalu kentara.
Di Inggris sendiri jenis undian berhadiah menggunakan perhitungan-perhitugan yang sistematik.Â
Dalam Managing National Lottery Distribution Fund Balances, yang dikeluarkan oleh lembaga resmi Inggris, menjelaskan perhitungan lotere di negara itu bukan semata-mata tebakan saja, tetapi semacam permainan berhitung yang rumit. Pemerintah Indonesia mencoba melakukan hal yang sama.
Akhirnya setelah penelitian dirasa cukup pemerintah meresmikan Porkas pada tahun 1985 melalui Surat Keputusan Menteri Sosial nomor BBS-10-12/85.
Selama 8 tahun undian Porkas ini beroperasi, dengan berbagai dinamikanya. Kalangan agamawan mulai dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga kelompok-kelompok masyarakat sipil banyak melakukan protes lantaran mereka menenggarai bahwa Porkas itu tak lain dari PERJUDIAN yang terselubung.
Masyarakat mulai turun ke jalan memprotes keberadaan Porkas, termasuk mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, puncaknya sejumlah bentrokan terjadi antara pengepul Porkas dengan massa aksi.
Massa aksi membakar sejumlah gerai penjualan kupon Porkas. Mereka geram karena pemerintah terkesan lamban melakukan tindakan padahal ekses-ekses buruk terkait Porkas ini sudah terpampang nyata.